TBC Indonesia
didapati angka prevalensi TBC
420.994 kasus pada tahun 2017 dengan case
notification rate (CNR) 161/100.000 penduduk sedangkan case detection rate
(CDR) sebesar 42,2 % (Kementrian kesehatan,
2018). Data profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017 kasus
penderita TBC sebanyak 1990 orang (Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Barat, 2017) Tahun 2018 sebanyak 2154 orang (Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Barat, 2018). Tahun 2019 juga mengalami peningkatan penemuan
kasus penderita TBC sebanyak 2765 orang (Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Barat, 2019). Peningkatan kasus juga terjadi di Kabupaten
Majene dari tahun 2017 sebanyak 301 orang (Dinas Kesehatan
Kabupaten Majene, 2017), pada Tahun 2018 penderita TBC di Kabupaten Majene
sebanyak 336 orang (Dinas Kesehatan
Kabupaten Majene, 2018), dan pada tahun 2019 meningkat dengan jumlah
penderita 512 orang dengan CDR 107.20 % (Dinas Kesehatan
Kabupaten Majene, 2019), peningkatan angka kesakitan panyakit TBC
mengindikasikan masih tingginya penularan di wilayah Kabupaten Majene.
Peningkatan
jumlah penderita TBC harus dibarengi dengan pencatatan dan pelaporan yang memadai
sehingga Subdit TB Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. Telah mengembangkan
Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) yang dapat digunakan untuk melakukan pencatatan
dan pelaporan kasus TBC sensitive obat dan TBC resisten obat.
Sistem
pencatatan dan pelaporan pada program TB sejalan dengan salah satu fase penting
dalam proses keperawatan yaitu pencatatan dan pelaporan (dokumentasi
keperawatan), proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi (Nursalam, 2007), selanjutnya akan
disempurnakan dengan pendokumentasian yang baik dan benar. Keterampilan petugas
atau pengelola program dalam melakukan pendokumentasian sangat mempengaruhi
baik buruknya hasil pelaporan yang di laksanakan melalui media SITB, seperti
yang dijelaskan dalam sebuah penelitian yang menunjukkan hubungan positif
antara pengatahuan perawat dengan kelengkapan pendokumentasian (Sugiyati, 2015), sehingga dibutuhkan
sebuah pendidikan dan latihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam mengaplikasikan Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB).
Secara
umum sistem pelaporan yang dilakukan di program penanggulangan tuberkulosis
sejalan dengan salah satu aspek penting dalam keperawatan, pendokumentasian dalam
keperawatan bertujuan sebagai sarana komunikasi antar petugas, dalam Sistem
Informasi Tuberkulosis (SITB) tersedia banyak data yang memudahkan pengelola
program untuk menentukan pengobatan, follow up pengobatan, mengawasi kontak
penderita dan informasi lokasi tempat tinggal penderita yang selanjutnya dapat
diguanakan dalam melakukan survei kontak dan sebagai bahan pembuatan pemetaan
penderita.
Referensi
Dinas Kesehatan Kabupaten Majene. (2017). Profil Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Majene. Majene.
Dinas Kesehatan Kabupaten Majene. (2018). Profil Dinas
Kesahatan Kabupaten Majene. Mejene.
Dinas Kesehatan Kabupaten Majene. (2019). Profil Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Majene. Majene.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat. (2017). Profil
Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat. Mamuju.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat. (2018). Profil
Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat. Mamuju.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat. (2019). Profil
Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat. Mamuju.
Kementrian kesehatan, R. I. (2018). Infodatin Tuberkulosis.
Jakarta Indonesia. Retrieved from https://id.scribd.com/document/389323748/infodatin-tuberkulosis-2018
Nursalam. (2007). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan
Konsep dan Praktik (2nd ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyati, S. (2015). Hubungan Pengetahuan Perawat Dalam
Dokumentasi Keperawatan Dengan Pelaksanaannya Di Rawat Inap RSI Kendal. Jurnal
Keperawatan, 8(2), 109–125.
0 comments:
Post a Comment