TINJAUAN TEORI
A.
Filsafat ilmu.
Filsafat
ilmu adalah sebuah pemikiran terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal
yang memiliki hubungan dengan landasan ilmu maupun hubungan dengan segala hal
tentang kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan
yang saling berhubungan dengan eksistensinya dan berkembang tergantung pada
hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu (Bahtiar, 2004).
Filsafat
ilmu merupakan pengembangan dari filsafat pengetahuan sering juga disebut epistimologi, Objek
dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu
itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi
pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
B.
Falsafah dan Paradigma Keperawatan.
1. Falsafah
Keperawatan
Falsafah
adalah nilai yang diyakini oleh individu dan di jadikan pedoman dalam mencapai
tujuan serta dijadikan sebagai pegangan dalam kehidupan. Falsafah keperawatan
adalah suatu nilai dalam keperawatan yang menjadi keyakinan perawat dan
dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan, baik kepada
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat (Asmadi, 2008).
Beberapa keyakinan yang harus dimiliki perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan :
a.
Manusia
adalah individu yang memiliki kebutuhan bio-psikososial-spiritual yang unik.
Kebutuhan klien yang holistic dan unik menuntut kemampuan perawat yang tepat
dalam menganalisis kebutuhan klien.
b.
Keperawatan
merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan bagian
integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang
berbentuk layanan bio-psiko-sosial-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup
keseluruhan proses kehidupan manusia.
c.
Kontribusi
keperawatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat didasarkan pada beberapa konsep perawatan
1)
Asuhan
yang diberikan perawat bersifat holistic-menyeluruh pada semua aspek “manusia”
klien, bukan berfokus pada aspek biologis semata.
2)
Sasaran
asuhan keperawatan adalah klien mulai dari tingkat individu sampai tingkat
masyarakat
3)
Lingkup
layanan keperawatan bukan terbatas atas pada klien yang sakit saja, tetapi
klien yang sehat.
4)
Eksistensi
keperawatan berlangsung sepanjang kehidupan manusia
2. Paradigma
Keperawatan
Paradigma adalah sebuah pandangan tentang
bagaimana kita melihat, memikirkan memaknai menyikapi dan memilih tindakan atas
sebuah kejadian. Paradigma merupakan
suatu diagram atau kerangka berpikir yang menjelaskan suatu fenomena. Paradigma
keperawatan terdiri atas empat unsur, yaitu keperawatan, manusia, sehat-sakit,
dan lingkungan (Asmadi, 2008).
C.
FLORENCE NIGHTINGALE.
1.
Latar
Belakang
Florence Nightingale lahir di Fienze (
Florence), italia pada tanggal 12 mei 1820. Ayah florence bernama William
Nightingale seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, london. Ibunya Frances(
Fanny). Keluarga Nightingale dalah keturunan ningrat dan merupakan keluarga
terpandang. Pada tahun 1837, Nightingale menuliskan dalam buku hariannya bahwa
hidupnya terasa bermamfaat dengan meyakinkan dirinya bahwa dirinya terpanggil
oleh tuhan untuk melayani sesamanya (Alligood, 2014).
Tahun 1846 Florence mengunjungi Kaiserweith, Jerman. Di
sana Florence terpesona akan pekerjaan sosial yang dipraktikkan oleh para biarawati, Florence pulang ke inggris dengan
membawa angan- angannya tentang keperawatan. Keinginan Florence untuk menjadi perawat
sangat ditentang oleh ayahnya, karena pada saat itu perawat dianggap sebagai pekerjaan yang hina.
Namun Florence tetap pergi ke Kaisertweth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan
bersama biarawati disana, ia belajar selama empat bulan dan Florence pernah
bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.Florence mendapat julukan
Bidadari berlampu atau lady Of The Lamp dalam puisi “ Santa Filomena
(LongFellow, 1857) dalam (Alligood, 2014).
Tahun 1853 Florence kembali ke london
dan bekerja sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute For the Care of
Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil di Upper Harley Street, London.
Meletusnya perang di Semenanjung Krimea tahun 1854 yang memakan banyak korban
membuat Florence mengajukan surat kepada menteri penerangan inggris untuk
menjadi sukarelawan, ia merupakan sukarelawan wanita satu satunya yang
mendaftarkan diri. Tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang
dia latih termasuk bibinya Mai Smith mereka berangkat ke Turki menumpang sebuah
kapal Kerja keras Florence membersihhkan rumah sakit tidak
berpengaruh terhadap jumlah kematian para prajurit. Sebagian besar prajuri mati
karena penyakit tipes,kolera dan disentri dibanding luka karena perang. Kondisi
rumah sakit fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari daya tampungnya
sehingga menyebabkan pembuangan limbah dan ventilasi memburuk. Setelah enam
bulan Florence disana Komisi kebersihan inggris datang memperbaiki sistem
pembuangan limbah dan sirkulasi udara sehingga jumlah kematian menurun drastis,
Sebelumnya Florence menganngap bahwa kematian prajurit yang tinggi karena
nutrisi yang kurang dari makanan dan beban bekerja yang berat bagi prajurit.
Namun setelah kembali ke inggris dan mengumpulkan banyak bukti maka Florence
menyadari bahwa tingkat kematian yang tinggi disebabkan karena kondisi rumah
sakit yang kotor dan memprihatinkan sehingga dia gigih mengkampanyekan
kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye tersebut berhasil
menurunkan angka kematian prajurit. Florence menunjukkkan betapa pentingnya
desain pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit (Putri, 2016).
2.
Konsep Keperawatan
Konsep keperawatan
yang diperkenalkan oleh Florence Nightingale adalah fokus terhadap
lingkungan. Dalam memberikan tindakan
keperawatan lebih diorientasikan pada, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuate dan
Sirkualasi. Inti konsep Florence
Nightingale adalah Bagaimana perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dapat menciptakan dan memelihara lingkungan
yang terapeutik ( Halsall, 1997) dalam
(Alligood, 2014)
.
Lingkungan yang dimaksud adalah :
a. Lingkungan fisik (Physical
environment).
Lingkungan
fisik yang ditekankan adalah penempatan ruang
perawatan yang memenuhi standar Kesehatan yaitu cukup tempat tidur,
penerangan dan aliran udara yang lancar dan terhindar dari bau yang tidak
sedap.
b. Lingkungan psikologi (Psychology
environment).
Florence
Nightingale melihat bahwa lingkungan
yang tidak sehat mempengaruhi emosi pasien dan komunikasi perawat yang kurang
baik tidak memberikan rasa nyaman kepada
pasien.
c. Lingkungan Sosial (Social
environment).
Dalam memberikan
asuhan keperawatan tidak terlepas dari kadaan lingkungan sosial dimana
seseorang tumbuh dan beradaptasi tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi
juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
3.
Aplikasi Teori
Florence Nightingale Dalam Proses Keperawatan
Florence Nightingale memfokuskan beberapa komponen
dalam merawat pasien yang diterapkan dalam keperawatan saat ini, dalam hal
ini ventilasi menjadi pokok utama dalam menentukan penyembuhan pasien (Putri, 2016).
a.
Udara segar.
Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-menerus
merupakan prinsip utama dalam perawatan. Oleh sebab itu, setiap perawat harus
menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih, sebersih udara luar tanpa
harus membuatnya kedinginan.
b.
Air
bersih.
Ketersediaan
air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu penyakit pada pasien. Oleh
karena itu, perawat harus berusaha dengan baik agar air tetap terjaga
kebersihannya.
c.
Saluran
pembuangan yang efesien.
Dalam
hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya,
jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran sehingga terpenuhinya
kebutuhan pasien secara efisien.
d.
Kebersihan.
Kebersihan
merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien. Perawat memerlukan
kebersihan yang optimal agar mempercepat proses
penyembuhan. Focus perawatan klien menurut Nightingale adalah pada kebersihan.
Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh tingkat
kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.
e.
Cahaya.
Komponen lain
yang tidak kalah penting dalam perawatan klien
adalah cahaya matahari. Nightingale yakin sinar matahari dapat memberi
rmanfaat yang besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu membawa
klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama tidak
terdapat Kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).
Teori yang dikemukakan oleh Florence Nightingale tentang konsep relasi
(perawat, pasien dan lingkungan) dimana Nightingale percaya bahwa lingkungan
faktor utama yang menciptakan penyakit pada pasien dan merupakan reaksi alam
yang baik. Profesi keperawatan
mempoklamirkan dirinya sebagai
Pendiri Keperawatan modern.
D.
MARTHA E ROGER.
1.
Biografi Martha
Elizabeth Rogers
Di lahirkan dengan nama Martha Elizabeth Roger lahir
pada 12 Mei 1914 di Dallas, Texas.
Memulai karir sarjananya ketika masuk di Universitas Tennessee di
Knoxville pada tahun 1931. Beliau masuk sekolah keperawatan di RSU Knoxville
pada September 1933. Gelar MA dalam bidang pengawasan kesehatan masyarakat Pada
tahun 1945,didapat dari Fakultas
Keguruan Universitas Columbia, New York. Selanjutnya pada tahun 1951 menjadi
Eksekutif Direktur dari pelayanan keperawatan di Phoenix, AZ. Pada tahun yang
sama memutuskan untuk meninggalkan
Arizona dan kembali memperoleh gelar MPH tahun 1952 di Universitas Johns Hopkins. Pada Tahun 1954
di angkat menjadi Kepala Bagian
Keperawatan di New York University.
Setelah 21 tahun mengabdi dalam pelayanan keperawatan pada tahu 1975
Beliau mengundurkan diri sebagai seorang guru besar dan kepala bagian
Kperawatan, Tahun 1979 saat berusia 61 tahun beliau pensiun dengan hormat,
kurun waktu 15 tahun beliu tetap aktif mengembangkan dunia keperawatan, sampai
pada akhirnya pada usia 80 tahun tepatnya 13 maret 1994 Martha Elizabeth Roger meninggal dunia.
Selanjutnya dunia keperawatan mengenalnya sebagai salah satu pencetus
teori keperawatan Science of Unitary of
Human Beings ( SUHB),(Alligood, 2013)
2.
Asumsi
Dasar
Berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh merupakan dasar teori
ini dimana mempelajari tentang ilmu asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi
termasuk didalamnya adalah ilmu Keperawatan dimana keperawatan adalah ilmu yang
mempelajari perkembangan manusia secara langsung dan hubunganya dengan
lingkungan .
lima dasar asumsi tentang manusia Berdasarkan
pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Rogers (1970) , yaitu :
a.
Manusia
adalah satu kesatuan. keutuhan
individu tidak dapat dibagi dan tidak dapat diperkecil. Manusia
merupakan sistem yang terbuka . Manusia merupakan makhluk yang memiliki
kepribadian unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Mempunyai
sifat-sifat yang khusus Oleh karena itu tidak dapat dilihat secara bagian
perbagian dalam ilmu pengetahuan karena suatu subsistem tidak efektif bila hanya memperhatikan sebagian dari sistem kehidupan
manusia. Manifestasi muncul dari bidang ini dan dirasakan. Proses hidup manusia tidak dapat diulang dan
tidak dapat diprediksi. Individu tidak dapat mengulang proses hidupnya
yang sudah belalu dan juga tidak dapat menentukan apa yang akan terjadi
kemudian hari dalam proses kehidupannya. Oleh karena itu proses kehidupan
manusia merupakan hal yang tidak dapat di ubah dan saling bergantung dalam satu
kesatuan dan terjadi secara terus menerus. Individu dicirikan oleh memiliki kapasitas yang abstraksi dari cara berpikir,
sensasi dan emosi. Hanya manusia yang mampu untuk menjadikan dirinya
sebagai bagian dari lingkungan dan dunia ini. Hanya manusia yang mampu berfikir
dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia dari seluruh bentuk kehidupan
yang di dunia.
b.
Lingkungan
Materi
dan energi mempengaruhi Individu dan lingkungan untuk terus menerus mengalami perubahan. Lingkungan
merupakan faktor eksternal dari individu
dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Asumsi dasar
bahwa dalam proses kehidupan individu dan lingkungan saling tukar-menukar energy dan materi. Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.
Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif, pola teladan
ini mempertimbangkan pengaturan diri, ritme, dan teori pengaruh energi. Mereka
memberi kesatuan keanekaragaman dan mencerminkan suatu alam semesta yang
kreatif dan dinamis.
c.
Keperawatan
Fokus keperawatan adalah merawat
orang-orang dalam proses hidupnya dan hidup Pengalaman hidupnya. Menurut Rogers
(1970), "Praktik profesional dalam keperawatan adalah untuk mempromosikan
interaksi yang seimbang antara manusia
dan lingkungan, sehingga memperkuat integritas manusia, dan mengarahkan pola
Hidup manusia dan lingkungan yang baik
untuk mewujudkan kesehatan maksimal.
d.
Konsep kesehatan sakit.
Manifestasi kesehatan muncul dari
proses saling ketergantungan secara terus - menerus dari manusia dan
lingkunganya. Manifestasi pola adalah
ekspresi dari proses kehidupan sebagaimana didefinisikan oleh individu dan
budaya mereka (Rogers, 1970). Kerangka konsep Roger adalah bahwa sehat dan
sakit merupakan suatu proses yang terjadi secara berkelanjutan dalam interaksi
manusia dan lingkunganya.
Ada empat konsep utama kerangka kerja. Konsep ini menggambarkan
karakteristik dan Manifestasi hubungan
ketergantungan manusia dengan
lingkungan, yaitu :
a.
Pola.
Pola mengidentifikasi individu dan
mencerminkan keutuhan mereka. Pola didefinisikan sebagai Membedakan
karakteristik energi yang dianggap sebagai gelombang tunggal.Pola adalah
"abstraksi" yang "memberi identitas kepada lingkungan. Pola adalah
proses dinamis atau aktif kehidupan manusia (Alligood & Fawcett, 2015).
b.
Sumber kekuatan.
Kekuatan adalah "potensi untuk proses, gerakan,
dan perubahan" . Sumber kakuatan
adalah batas konseptual dari semua benda
yang hidup dan benda mati. Sumber kauatan menyediakan cara untuk
memahami orang dan lingkungan mereka i secara keseluruhan.
c.
Pandimensionalitas.
Pandimensionality didefinisikan
sebagai "domain nonlinier tanpa spasial. Alam semesta tak terbatas
dimensinya, memberikan pemahaman tentang sesuatu yang tidak logik , acausality,
dan unpredictability (Jagal, 2006).
d.
Keterbukaan
Manusia dan lingkungan hidup
terus-menerus dalam proses bersama. Tidak ada batasan atau hambatan untuk
menghambat aliran energi antar Manusia dan ingkunagn (Rogers,1970).
"Manusia secara terbuka berpartisipasi dalam transformasi energi dengan
lingkungan menciptakan perubahan bersama " (Ledy, 2004).
3.
Teori untuk Praktik
Dalam (Alligood, 2013), Model Rogerian menyediakan kerangka filosofis abstrak
dari mana melihat manusia sebagai satu kesatuan dengan lingkungan. Rogers menyatakan sifat keperawatan didasarkan pada pengetahuan
teoritis yang memandu praktik keperawatan, aplikasi SUBH yaitu :
a.
Praktik keperawatan.
Fokus dari tindakan keperawatan adalah manusia sebagai makhluk
yang utuh dan perubahan yang terjadi antara manusia dan lingkungan, semua
intervensi keperawatan adalah tindakan noninvalsive seperti imajinasi terpimpin,humor,
sentuhan terapeutik, musik. Yang digunakan untuk meningkatkan potensi dari
manusia terutama menajemen nyeri, suport psikoterapi dan rehabilitasi
b.
Pendidikan keperawatan.
Banyak
memberi pendidikan kepada pasien untuk dapat mengerti tentang pentingnya
kekuatan dengan lingungan, latihan lebih banyak lagi tentang tindakan modalitas
noninvalsive seperti sentuhan terapeutik, humor,program pemeberian edukasi
secara bergantian.
c.
Penelitian keperawatan.
SUHB sebagai
kerangka kerja bagi ratusan proyek penelitian selama 50 tahun terakhir,
baru-baru ini Karya telah mengklarifikasi aplikasi SUHB untuk praktik
keperawatan. Berdasarkan teori keperawatan ini muncul banyak sekali penelitian
yang menjelaskan fenomena manusia dan praktik keperawatan secara
langsung.mengamati, "Penelitian dan praktik adalah teori dan tindakan yang
dapat salingmelengkapi pada saat berada di lapangan.
d.
Berpikir Kritis dalam Praktek
Keperawatan SUHB.
Berpikir
kritis adalah proses konseptualisasi,
penerapan, analisis, sintesis dan megevaluasi mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan dari u dihasilkan oleh observasi. Berpikir kritis dikembangkan yang
menentukan tiga komponen : penilaian pola, pola bersama, dan evaluasi. Kegiatan
yang terkait dengan komponen ini terjadi
secara simultan dan terus menerus selama perawatan klien. Proses
kehidupan memiliki kesatuannya sendiri dan tidak terpisahkan dari lingkungan.(Alligood, 2013)
Critical Thinking in
Rogers’ Mode (Raile Alligood Martha, 2013)
|
|
Perawat
|
pasien
|
Pattern Appraisal
|
Self-Reflection
|
Comprehensive
assessment of:
1.Human field
patterns of communication, exchange, rhythms, dissonance, harmony
2.
Environmental field patterns of
communication, rhythms, dissonance, harmon
|
Nutrition
Work/leisure
activities
Exercise
Sleep-wake
cycles
Relationships
|
ntuitive Reflection
|
Discomfort/Pain
|
Validate
appraisal:
1.With self
2.With client
3.With others
|
Fears/hopes
Dream
|
Mutual
Patterning of Human
and
Environmental Field
|
Patterning Activities
|
Sharing
knowledge
Offering choices
Empowering
client
Fostering
patterning
Music, art,
humor, language
|
Meditation
Imagery
Journaling
Modifying
surroundings, color,
temperature,
sounds, touch, music, art, humor
|
Evaluation
|
Personal Appraisal
|
Ongoing pattern
appraisa
dentify dissonance/harmony
Validate appraisal
with clien
|
Areas for dissonance
Areas of harmony
Patterning activities
|
E.
MADELENE LEIGNINGER.
1.
Sejarah Madelene Leininger.
Leininger
lahir di Sutton Nebraska pada 13 juli 1925, pada tahun 1948 dia mengambil
program diploma di St. Anthony School og Nursing Denver Colorado, setelah itu
dia melanjutkan pendidikan di St. Scholartica Kansas dengan mendapatkan gelar
BS pada tahun 1950, selanjutnya gelar MS di raih pada tahun 1954 di Psychiatric
and Mental Nursing di Universitas katolik Washinton DC amerika Serikat. Pada
tahun 1965 Leininger meraih gelar Ph.D pada bidang antropologi budaya dan
social di Universitas Washinton, Seatle Amerika serikat (Alligood, 2013).
Selain
melanjutkan pendidikan leininger juga berperan sebagai seorang perawat, di awal
kariernya dia mengakui bahwa konsep “caring” dalam dunia keperawatan sangat
penting, karena rasa peduli terhadap sesama yang akan menjadikan seorang
perawat mampu memberikan layanan keperawatan yang sempurna kepada pasien,
karena konsep “caring” ini pulalah sehingga banyak pasien memberika ungkapan
penghargaan setinggi-tingginya kepada leininger, berdasarkan penghargaan pasien
ini sehingga leininger diminta untuk focus kepada perawatan yang berdasarkan
“caring” yang menjadi titik central dari keperawatan.
Pada tahun 1950, leininger bekerja pada
sebuah bimbingan anak, pada masa inilah dia mendapatkan sebuah ide cemerlang
yang biasa di sebut sebagai “kejutan budaya” dimana leininger menemukan
pola-pola perilaku pada anak-anak tampak memiliki dasar budaya, leininger
menyimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang budaya dan kurangnya rasa
peduli merupakan penyebab kurangnya pemahaman dalam layanan keperawatan, dimana
hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mendukung kepatuhan pasien,penyembuhan dan
pemulihan kesehatan.(Busher Betancourt,
2015)
Teori yang
dikembangkan oleh leininger dapat membantu dalam mendefenisikan harapan
hubungan antara pasien dengan perawat karena dalam layanan keperawatan, perawat
merupakan pemberi layanan dan pasien adalah penerima layanan. Teori leininger
ini beramaksud agar perawat memasukkan unsur budaya dalam berinteraksi dengan
pasien sehingga penerapan layanan keperawatan tidak bertentangan dengan budaya
yang dianut oleh pasien.(Busher Betancourt,
2015)
Leininger merupakan salah seorang ahli
teori keperawatan yang revolusioner, intelektual, juga menjadi seorang
peneliti, pendidik dan pemimpin dalam memahami konsep budaya kemudian
menggabungkan konsep tersebut dengan layanan kesehatan.(Sagar, 2011)
2.
Pengertian Transkulutural Nursing.
Transcultural
nursing adalah suatu keilmuan yang menggambarkan keperawatan yang berdasarkan
competensi budaya untuk memberikan layanan keperawatan yang berkualitas
berfocus memandang perbedaan dan kesamaan antar budaya yang dimiliki oleh
setiap invidu (leininger,
2002) dalam. (Maier-Lorentz, 2008).
3.
Tujuan
Tujuan teori
budaya ini adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan
konsep transcultural nursing dalam pelayanan keperawatan.
4.
Konsep keperawatan dalam transcultural nursing.
a.
Manusia
Manusia adalah suatu individu,keluarga kelompok yang memiliki kepercayaan
atau norma-norma yang di pegang dan di jadikan suatu dasar untuk nenentukan
pilihan dan melakukan suatu pilihan. leininger (1991) mengatakan manusia dapat
mempertahankan budayanay di manapun di berada. Manusia di pandang dari segi
kultur dari segi gendernya,jenis kelamin,ras,golongan,kondisi
biomedis,akulturasi budaya.manusia dari kultur yang berbeda dapat di lakukan
perawatan yang berbeda kaena menjaga kekhawatiran perbedaan presepsi yang
berbeda dari perawat sehingga akan berpengaruh terhadap pelayanan keperawatan
yang akan di berikan (Kasron, Sahran,
& Ohorella, Usman, 2016).
b.
Lingkungan
Menurut Leininger (1991) lingkungan adalah keadaan menyeluruh meliputi
situasi,pengalaman memberikan arti ekpresi individu,interprestasi dan social
interaksi yaitu fisik,ekologi,social politik dan setting kultur. Lingkungan
alam yang di ciptaka manusia di katakan lingkunagan fisik misalnya daerah
katulistiwa,pegunungan,pemukiman padat penduduk dan suasana alam seperti
pembangunan rumah didaerah Eskimo yang rumahnya hampir tertutup rapat di
karenakan hampit tidak ada matahari sepanjang tahunnya.lingkungan social
merupakan lingkungan secara keseluruhan struktur sosialnya berhubungan dengan
social individu,keluarga atau kelompok kedalam masyarakat yang lebih
luas.aturan yang di anut dalam lingkungan social adalah semua bentuk aturan
yang berlaku di lingkunaga tersesbut. Andrew dan Boyle,1995 mengatakan Individu
atau kelompok biasa seperti
musik,seni,riwayat hidup,bahasa dan atribut yang di gunakan biasa bersatu di
katakana lingkunaga simbolik.
c.
Kesehatan
Menurut leninger (1995) sehat sebagai suatu keadaan
sejahtera yang di artikan dalam kultur,nilai,praktik dalam bentuk tanggung
jawab individu dan kelompok ataupun masyarakat yang terlihat dalam bentuk ekspresi
aturan di tempatnya. Klien memilih serta aktif dalam budaya yang sesuai dengan
keadaannya itu merupakan tujuan dari Asuhan Keperawatan. Status kesehatan dan
budaya di tentukan oleh individu masing masing melalui proses belajar dari
lingkunagannya. Proses menuju sehat ini melibatkan peran serta klien yang lebih
dominan sehingga sehat yang di dapatkan adalah sehat secara holistic dan
humanistik.
d.
Keperawatan
1)
Care adalah esensi keperawatan dan sesuatu yang berbeda,dominan,sentral
dan focus pemersatu.
2)
Untuk kesejahteraan,kesehatan,pertumbuhan dan pertahanan dalam menghadapi
tantangan atau kematian keperawatan bebasis cultural esensial.
3)
keperawatan berbasis cultural yang paling komprehensif dan holistic untuk
mengetahiu,menjelaskan,menginterprestasikan dan meprediksi fenomenaproses
keperawatan dan memberi asuhan Dalam pengambilan keputusan tindakan
keperawatan.
4)
Transcultural nursing adalah ilmu
humanistic dan scientific care, merupakan profesi dengan manfaat utama melayani
individu, kelompok,komunitas social dan
organisasi.
5)
Untuk pengobatan dan penyembuhan keperawatan yang berbasis
cultural.penyembuhan tidak akan terjadi jika tidak ada perawatan, namun tanpa
curing cering dapat eksis.
6)
Konsep cultural care,makna/arti, ekspresi, pola proses dan bentuk struktursl
dan perawatan transkultural dengan diversitas (perbedaan) dan universalitas
(persamaan).
Keperawatan adalah aktifitas yang
diarahkan untuk mendukung ,membantu pemenuhan kebutuhan yang kongkruen dengan
nilai budaya, kepercayaan, cara hidup dari penerima perawatan.keperawatan
adalah sebagai ilmu pengetahuan dan seni humanistic yang berokus pada perilaku perawatan personal,fungsi dan
proses yang di arahkan untuk promosi dan
mempertahankan perilaku sehat atau proses penyembuhandari penyakit (leininger).
Keperawatan merupakan profesi perawatan transkultural yang unik karena
aktifitas perawatan pasien di tujukan untuk memberikan dukungan dan
mempersiapkan pasien untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan nilai budaya,kepercayaan dan gaya hidup mereka (Kasron et al., 2016).
Perlindunagan/mempertahankan
budaya, mengakomodasi/ menegosiasi budaya dan rekonstruksi budaya adalah
strategi yang di gunakan dalam asuhan keperawatan, hal itu adalah sebagai
berikut :
1) Mempertahankan budaya : dapat di lakukan
jika budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.
2) Negosiasi budaya,dilakukan untuk
membantu pasien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Misalnya : ibu hamil yang pantang makan makanan yang berbau amis,
makan ikan bias dig anti dengan makanan yang mengandung protein lain.
3) Restrukturisasi budaya,di lakukan
bila budaya yang di miliki merugikan status kesehatan.misalnya perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup pasiennya yang berkebiasaan merokok aktif menjadi
mengurangi kebiasaan merokok.
5. Analisis teori leininger
a. Clarity
(kejelasan)
Leininger
melalui teori culture care menggambarkan konsep dan teorinya dengan jelas. untuk
memperjelas proposisi konsep tersebut teori ini di lengkapi dengan diagram yang
di sebut dengan Sunrise Enabler. perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
tentunya terlebih dahulu memahami budaya yang di miliki suatu masyarakat.
b. Simplicity
(kesederhanaan)
Teori culture
care diambil dari disiplin ilmu antropologi dan ilmu keperawatan. Teori ini
mendefenisikan keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari keperawatan,
yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa perbedaan budaya serta bagian
budaya yang ada di dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman
sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat.
c. Generality
(generalisasi/keumuman)
Teory culture
care memiliki cakupan teori yang luas melalui pendekatan presfektif
multicultural, dapat di aplikasikan pada individu dan masyarakat dengan
berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Teori ini mempunyai kelemahan
dalam pemberian asuhan keperawatan apabila di temukan konflik budaya antara
pasien dan perawat.
d. Empirical
Precision (presisi Empiris)
Penelitian
kuwalitatif dapat di lakukan pada teori culture care dalam mengungkap fenomena
keperawatan dan kesehatan yang belum di ketahui dari berbagai budaya.
e. Derivable
Consequence (kosekuensi yang di dapat)
Dalam pencapaian tujuan
keperawatan teori culture care Diversity and Universality sangat berperan
penting.teori ini sangat bermanfaat
karena bias diaplikasikan dan esensial dalam
pendidikan,pelayanan,penelitian keperawatan serta dapat membawa perubahan dalam
perkembangan dunia keperwatan.praktek professional dalam keperawatan, penelitian
keperawatan, pengembangan ide-ide baru dalam dunia keperawatan merupakan hal
yang bersumber dari teori culture care
Diversity and Universality.
PEMBAHASAN
Analisis Perbedaan Falsafah dan Pradigma Keperawatan
berdasarkan Florence
Nightingale, Martha E Roger, Medeline Leigninger.
Pembeda
|
Florence
N
|
Martha E Roger
|
M Leigninger
|
Tujuan
Keperawatan
|
Tujuan tindakan keperawatan adalah memelihara, mencegah infeksi dan
cedera, memulihkan dari sakit, melakukan pendidikan kesehatan serta
mengendalikan lingkungan.
|
Tujuan
tindakan Keperawatan adalah mengunakan prinsip - prinsip hemodinamik untuk
melayani manusia sebagai mahluk yg utuh dan berinteraksi dengan lingkungan
|
Tujuan
teori budaya ini adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan
menggunakan konsep transcultural nursing dalam pelayanan keperawatan
|
Kerangka
Kerja Praktik
|
Lingkungan
klien dimanipulasi untuk mencapai ketenangan, nutrisi, kebersihan, cahaya,
kenyamanan, sosialisasi, dan harapan yang sesuai.
|
Mengeksplorasi cara merawat
manusia sebagai mahluk yang utuh dan hubungannya dengan lingkungan.
|
Mengeksplorasi cara-cara untuk
melakukan pelayanan kepeerawatan dengan pendekatan budaya.
|
Falsafah
Keperawatan
|
Mengindentifikasi peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dapat menciptakan dan memeliharan lingkungan yang terapeutik
|
Mengidentifikasi peran perawat dalam melakukan
layanan keperawatan pada individu senagai mahluk yang utuh dan hubungannya
dengan lingkungan.
|
Mengidentifikasi competenci
budaya dalam layanan keperawatan dan focus asuhan pada perbedaan dan kesemaan
budaya.
|
Proses
Keperawatan
|
Berfokus
pada masalah lingkungan. Terapeutik
|
Berfokus
pada individu sebagai mahluk yang utuh.
|
Berfokus pada budaya dalam keperawatan.
|
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Teori yang di perkenalkan oleh Florence
nightingale merupakan sebuah konsep keperawatan dimana layanan keperawatan yang
diberikan berfokus pada intervensi lingkungan baik itu lingkungan fisik,
psikologis maupun lingkungan social. Teori ini memungkinkan perawat mampu
memodifikasi lingkungan sehingga dapat menjadi therapy tersendiri bagi pasien.
Martha E Roger
mengemukakan sebuah teori keperawatan yang berfokus pada kehidupan manusia
secara utuh. Teori ini mempelajari asal usul manusia dan alam semesta antara
lain antropologi, sosiologi, agama, filosofi, sejarah dan mitologi, termasuk bagaimana hubungan
perkembangan manusia dengan lingkungannya.
Leininger merupakan salah seorang ahli teori keperawatan yang
revolusioner, intelektual, juga menjadi seorang peneliti, pendidik dan pemimpin
dalam memahami konsep budaya kemudian menggabungkan konsep tersebut dengan
layanan kesehatan. Teori ini mengharapkan unsur budaya di aplikasi dalam
pemberian layanan keperawatan untuk menghindari adanya bentrok antara perawat
dengan pasien karena adanya unsur budaya yang tidak sesuai dengan intervensi
keperawatan.
B. SARAN
1.
Bagi calon perawat semoga bisa mencontoh
tauladan dari ilmu para ilmuwan yang disebutkan diatas.
2.
Tingkatkan ilmu dari para ilmuwan yang telah diberikan
dari kata-kata diatas.
3.
Tingkatkan solidararitas antara tenaga
kesehatan dengan lingkungan disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood,
M. R. (2013). Nursing Theory Utilization and Application. Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Alligood,
M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work. Elsevier Mosby
(8th ed.). United state of America: Mosby.
https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a
Alligood,
M. R., & Fawcett, J. (2015). An Interpretive Study of Martha Roger’s
Conseption of Pattern. Vision: The Journal of Rogerian Scholarship.
Asmadi.
(2008). Konsep Dasar Keperawatan. jakarta: EGC.
Bahtiar, A.
(2004). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.
Busher
Betancourt, D. A. (2015). Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of
Nursing. The Downtown Review. Iss, 2(1), 1–8. Retrieved from
http://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr%5Cnhttp://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr
Kasron,
Sahran, & Ohorella, Usman, B. (2016). Teori Keperawatan dan Tokohnya.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Ledy, S. K.
(2004). Human Energy : a Conseptual Model Unitary Nursing Science. Visions. The
Journal of Rogerian Scholarship.
Maier-Lorentz,
M. M. (2008). Transcultural nursing: its importance in nursing practice. Journal
of Cultural Diversity, 15, 37–43.
https://doi.org/http://search.proquest.com/docview/219364449?pq-origsite=gscholar
Putri, A.
A. (2016). Trend dan Issue Keperawatan. Bogor: In Media.
Sagar, P.
(2011). Transcultural Nursing Theory and Models: Application in Nursing
Education, Practice, and Administration. Retrieved from
http://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=sc2-iyGnTaYC&oi=fnd&pg=PR1&dq=Transcultural+Nursing+Theory+and+Models:+Application+in+Nursing+Education,+Practice+and+Administration.&ots=6Nn55VkBiT&sig=oED1jw-GxTMYCr7Rcm4-qlm1n_o
0 comments:
Post a Comment