TINJAUAN PUSTAKA
1.
KONSEP
UTAMA TEORI
"Di dunia teknologi saat ini, misi utama
keperawatan untuk memberikan kenyamanan kepada pasien dan anggota keluarga sangat
penting. Kenyamanan menghalangi stresor yang muncul dalam situasi perawatan kesehatan saat ini,
dan saat kenyamanan meningkat, pasien dan keluarga diperkuat untuk tugas di
depan. Selain itu, perawat merasa lebih puas dengan perawatan yang mereka
berikan (Arifuddin & Burhanudin, 2015). Kolcaba
memulai Studi Teorinya berdasarkan
praktik keperawatannya di awal studi
doktoral. Ketika kolcaba mempresentasikan kerangka konsep dalam perawatan
demensia peserta saat itu bertanya, apakah kolcaba sudah pernah menganalisis
konsep kenyamanan sebelumnya. Inilah
awal mulah Kolkaba melakukan investigasi ke dalam konsep Kenyamanan (Alligood, 2014).
Kolcaba menerbitkan analisis konsep kenyamanan
dengan suaminya yang seorang filsuf (Kolcaba &
Kolcaba, 1991), Diagram aspek kenyamanan (Kolcaba, 1991), dimana kenyamanan
dioperasionalkan sebagai hasil perawatan (Kolcaba, 1992a), Kontekstual
kenyamanan dalam teori middle-range
(Kolcaba, 1994), dan menguji teori tersebut dalam sebuah studi intervensi
(Kolcaba &Fox, 1999). Dalam teori kenyamanan, kata kenyamanan menyatakan kata benda atau kata sifat dan hasil yang
disengaja, berfokus pada pasien / keluarga, perawatan berkualitas.
Meskipun Keakraban setiap orang dengan ide kenyamanan, Ini
adalah istilah kompleks yang memiliki beberapa arti dan penggunaan bahasa
sehari-hari (Smith, M. & Parker, 2015)
Menurut Oxford English Dictionary (OED), Kolcaba mempelajari bahwa definisi
asli dari kenyamanan adalah "untuk
Mempererat." Dengan Definisi dapat menjadi Alasan yang bagus bagi perawat
untuk memberikan kenyamanan kepada pasien sehingga pasien akan merasa lebih
baik dan Perawat akan merasa lebih puas (Alligood, 2014)
Menurut Kolcaba (1994) Kenyamanan
dalam praktik keperawatan sebagai "kepuasan” (secara aktif, pasif, atau
kooperatif) dari kebutuhan dasar manusia untuk kelegaan, kemudahan, atau transendensi
yang timbul dari situasi perawatan kesehatan yang penuh tekanan (McEwen, 2014). Catatan Sejarah tentang kenyamanan dalam keperawatan
sangatlah banyak. Dengan mengunakan Teori kenyamanan dari Flore Natingael yang
menyatakan apa yang kita lihat atau amati akan hilang tapi apa yang harus
dilihat itu harus dapat menyelamatkan kehidupan dan meningkatkan status kesehatan
dan kenyamanan hidup (Alligood, 2014)
Kolcaba mengungkapkan bahwa
kebutuhan kenyamanan klien timbul dari
situasi stimulus yang dapat menyebabkan ketegangan negatif dengan Meningkatnya kenyamanan bisa
menimbulkan berkurangnya ketegangan negatif dan terjadilah ketegangan positif.
Artinya bahwa Kenyamanan dipandang sebagai hasil perawatan yang dapat
mempromosikan atau memfasilitasi perilaku pencarian kesehatan. Hal ini
mengemukakan bahwa peningkatan Kenyamanan dapat meningkatkan perilaku pencarian
kesehatan (McEwen, 2014).
Dari tahun 1900 sampai 1929,
kenyamanan adalah tujuan utama Keperawatan dan Kedokteran karena, melalui
kenyamanan, proses pemulihan dapat tercapai (McIlveen & Morse, 1995). Menurut
Aikens (1908) bahwa ada sikap yang mengabaikan tentang kenyamanan pasien.
Kenyaman pasien adalah pertimbangan pertama dan terakhir perawat. Seorang
perawat yang terampil dalam membuat pasien memperoleh kenyamanan dan menyedikan
kenyamaman adalah faktor utama penentu kemampuan dan karakter perawat (Alligood, 2014)
Menurut Hamer (1962) menyataan
bahwa fokus asuhan keperawatan
memberikan suasana kenyamamanan dan asuhan keperawatan individu antara lain
kebahagiaan, kenyamanan dan kemudahan, fisik dan mental di samping istirahat
dan tidur, gizi, kebersihan dan eliminasi. Dari contoh kenyamanan yang di
kemukan oleh para ahli di definikan kenyamanan
dapat secara positif dan dicapai dengan bantuan dari perawat dan dalam
beberapa kasus, menunjukan peningkatan dari keadaan atau kondisi sebelumnya.
Intuisi kenyaman dikaitkan dengan memelihara aktifitas (Alligood, 2014).
Kolcaba menggunakan gagasan dari
tiga ahli teori keperawatan awal untuk mensintesis atau mendapatkan
jenis kenyamanan dalam analisis konsep (Kolcaba & Kolcaba, 1991) (Alligood, 2014).
·
Relief
(Bantuan/Dorongan) adalah disintesis
dari karya Orlando (1961), yang mengemukakan bahwa perawat lega akan kebutuhan diungkapkan
oleh pasien.
·
Ease (Kemudahan)
disintesis dari karya Henderson (1966), yang menggambarkan 13 fungsi dasar
manusia yang harus dijaga selama perawatan.
·
Transendensi
(Kelebihan) berasal dari Paterson dan Zderad (1975), yang mengusulkan agar
pasien dapat mengatasi kesulitan mereka dengan bantuan perawat.
Empat
Konteks kenyamanan, dialami oleh mereka yang menerima perawatan besarsal dari
literatur keperawatan. Konteksnya adalah fisik, psychospiritual, sosial budaya
dan lingkungan. Keempat konteks yang di bandingkan dengan tiga jenis
kenyamanan, menciptkan struktur taksonomi (matriks) yang mempertimbangkan
kompleksitas kenyamanan sebagi hasil (Arifuddin & Burhanudin, 2015)
Gambar
2.1 Taxonomic structure
of comfort (Alligood, 2014)
Keterangan :
Jenis kenyamanan:
a.
Relief (bantuan) :Keadaan
dimanapasien memiliki kebutuhan khusus.
b.
Ease (Kemudahan): Keadaaan
tengan atau kepuasan
c.
Transcendece (kelehihan):
Keadaan dimana permasalahan seseorang bertambah atau sakit.
Konteks dimana kenyamanan terjadi:
a.
Fisik: Berkaitan dengan
sensasi tubuh
b.
Psikospiritual: Berkaitan
dengan kesadaran internal diri, termasuk harga diri, konsep, seksualitas dan
makna dalam kehidupan seseorang; hubungan sesorang dengan tatanan yang lebih
tinggi.
c.
Lingkungan : Berkaitan
dengan lingkungan eksternal, kondisi, dan pengaruh.
d.
Sosial: Berkaitan dengan
intrapersonal, keluarga, dan hubungan sosial (Keuangan, pengajaran, petugas
kesehatan), tradisi keluarga, ritual dan praktek keagamaan.
Oleh karena
itu, intervensi kenyaman digunakan sebagai tindakan untuk mengurangi kecemasan, juga bisa mengurangi penggunaan dosis
analgesia yang dibutuhkan untuk menghilangkan rasa sakit. Pada konsep
kenyamanan secara terrus menerus, Konsep kenyamanan total (sebanyak bisa diharapkan mengingat
situasinya) adalah satu Akhir yang ekstrem, dan penderitaan ada di ujung sana (Smith, M. & Parker, 2015).
Kolcaba menyakini bahwa perawat sudah tahu bagaimana dan ingin
mempraktikkan perawatan yang menenangkan dan yang dapat dengan mudah dimasukkan
ke dalam setiap tindakan keperawatan. Banyak perawat memberikan kenyamanan peduli
secara intuitif tapi tidak mendokumentasikannya (Smith, M. & Parker, 2015).
Struktur taksonomi menyediakan peta domain pada konten kenyamanan.
Ini mengantisipasi bahawa peneliti akan merancang intrumen dimasa depan sperti
kuesioner yang dikembangnkan dari taksonomi untuk akhir dari kehidupan
instrumen. Dalam Teori Kolcaba mereka yang menerima tindakan kenyamana di sebut
sebagai penerima (recipients), pasien, mahasiswa, tahanan, pekerja, orang
dewasa yang lebih tua, komunitas dan Institusi. Beberapa konsep utama dalam
teori ini adalah: (Smith, M. & Parker, 2015)
A. Intervensi kenyamanan adalah tindakan keperawatan yang di rancang untuk memenuhi
kebutuhan kenyamanan yang spesifik pada penerima, termasuk fisiologis sosial,
budaya, keuangan, psikologis, agama, lingkungan dan intervensi fisik.
Dalam konteks pengalaman ini, Ada tiga jenis intervensi kenyamanan
(dijelaskan kemudian): teknis, pembinaan, dan kebutuhan kenyamanan untuk jiwa.
B. Intervensi Variabel adalah interaksi yang dapat mempengaruhi penerima unruk
kenyamamanan. Terdiri dari variabel-variabel seperti itu seperti pengalaman
masa lalu, usia, sikap, pusat emosional, sistem pendukung, prognosis, keuangan,
pendidikan, latar belakang budaya, dan totalitas elemen dalam pengalaman
penerima. Mereka tidak mudah dipengaruhi oleh perawat.
C. Kenyamanan adalah keadaan yang dialami oleh para penerima intervensi
kenyamanan
D. Perilaku mencari
kesehatan menyusun kategori yang luas dari hasil
terkait untuk mencari kesehaatan seperti yang diartikan penerima yang
berkonsultasi dengan perawat. Konsep perilaku pencarian kesehatan itu dikembangkan
oleh Dr. Rozella Schlotfeldt (1975) dan mewakili kategori luas berikutnya hasil
yang berkaitan dengan pengejaran kesehatan. Schlotfeldt menyatakan bahwa Perilaku
mencari kesehatan bisa bersifat internal atau eksternal. Perilaku mencari
kesehatan yang realistik ditentukan oleh penerima perawatan bekerja sama dengan
tim perawatan kesehatan mereka.
E. Integrasi Kelembagaan seperti masyarakat, sekolah, rumah sakit, regional, negara dan
kota yang memiliki kualitas yang lengkap, utuh, suara, jujur, menarik, etika
dan tulus memiliki integritas kelembagaan.
F. Praktik terbaik berhubungan dengan penggunaan intervensi kesehatan berdasarka
bukti untuk menghasilkan kemungkinan hasil yang terbaik pada pasien dan
keluarga (kelembagaan).
G. Kebijakan Terbaik berkaitan dengan institusi atau kebijakan daerah mulai dari
protokol untuk prosedur dan kondisi medis untuk mengakses dan pemberian
perawatan kesehatan.
Berdasarkan
konsep utama, maka dikembangkanlah kerangka konseptual dari teori kenyamanan
sebagai berikut.
Gambar 2.2 Conceptual framework for
the Theory of Comfort (Alligood, 2014).
Kerangka Konseptual diatas, menurut Kolcaba (2001) dapat
dijelaskan sebagi berikut:
a.
Perawat mengindentifikasi
kebutuhan kenyamanan pasien dan anggota keluarga.
b.
Perawat menyusun intervensi
untuk memenuhi kebutuhan
c.
Variabel intervensi perlu di
pertimbangkan ketika membuat sebuah intervensi
d.
Ketika intervensi
dimunculkan dalam cara merawat dan efektif dan apabilah peningkatan kenyamanan
telah tercapai, intervensi itu disebut alat ukur/pengukuran kenyamanan (comfort
measure).
e.
Pasien dan perawat
menyepakati perilaku mempertahankan kesehatan kesehatan yang dapat
dipertimbangkan dan realistis.
f.
Jika Peningkatan kenyamanan
tercapai, pasien dan anggota keluarga lebih menyukai perilaku mempertahankan
kesehatan untuk peningkatan kenyamanan yang lebih jauh
g.
Ketika pasien dan anggota
keluarga diberikan perawatan kenyamanan dan mengguanakan perilaku untuk
mempertakan kesehatan, mereka akan merasa lebih puas denga pelayanan kesehatan
dan memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik.
h.
Ketiak pasien keluarga dan
perawat merasa puas dengan pelayanan kesehatan dalam sebuah intitusi,
Masyarakat akan mengakui kontribusi institusi terhadap pelayanan kesehatan yang
akan membantu mempertahankan kelangsungan dan perkembangan institusi (Arifuddin & Burhanudin, 2015)
Setelah Kolcaba mengembangkan teorinya, dia menunjukkan perubahan
kenyamanan bisa diukur menggunakan desain eksperimental dalam disertasinya (Kolcaba
& Fox, 1999). Dalam penelitian ini, Kebutuhan perawatan kesehatana dalah
kebutuhan (kenyamanan) yang terkait dengan Diagnosis awal kanker payudara. Intervensi
holistik tentang Imajinasi terbimbing, danHasil yang diinginkan adalah
kenyamanan mereka. Hasil penelitian membuktikan perbedaan yang signifikan
kenyamanan dari waktu ke waktuantara wanita yang mendapat imajinasi terbimbing
dankelompok perawatan biasa (Kolcaba & Fox, 1999). Contoh intervensi yang
telah diuji meliputi:
·
Imaginasi Terbimbing untuk
pasien psikiatri (Apóstolo& Kolcaba, 2009)
·
Sentuhan yang menyembuhkan (healing touch) dan dukungan untuk pengurangan stres pada mahasiswa (Dowd,
Kolcaba, Steiner, &Fashinpaur, 2007)
·
Pijatan dengan tangan untuk Perawatan
jangka panjang (Kolcaba,
Dowd, Steiner, & Mitzel, 2004; Kolcaba, Schirm, & Steiner, 2006)
·
Pakaian hangat dengan suhu yang dapat
diatur pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pada pasien pra operasi (Wagner, Byrne, &
Kolcaba, 2006).
2.
KONSEP
UTAMA KEPERAWATAN MENURUT KOLCABA
Asumsi utama dari teori ini adalah: (Arifuddin & Burhanudin, 2015)
a.
Keperawatan
Keperawatan adalah sebuah bentuk identifikasi untuk mengkaji
kebutuhan rasa nyaman, merencanakan intervensi untuk memenuhi rasa nyaman, dan
mengevaluasi tingkat kenyamanan setelah dilakukan implementasi dan
membandingkan dengan yang sebelumnya.
b.
Pasien
Yang di maksud dengan pasien
adalah penerima perawatan individu,
keluarga, institusi, komunitas yang membutukan pelayanan keperawatan. Perawat
meungkin juga bisa sebagai resepien yang membutukan rasa nyaman, yaitu terkait
peningkatan kenyamanan kerja ketika ada inisiatif untuk memperbaiki kondisi
kerja.
c.
Lingkungan
Lingkungan adalah berbagai
aspek dari pasie , keluarga, atau aturan institusi yang bisa dimanipulasi oleh
perawat, institusi untuk meningkatkan kenyamanan.
d.
Kesehatan
Ksehatan adalah fungsi
optimal dari pasien, keluarga, penyedia layanan kesehatan atau komunitas yang
diartikan sebagai pasien atau kelompok.
3.
ASUMSI TEORI COMFORT KOLCABA
a. Clarity (kejelasan)
Pasien di gambarkan sebagai
Mahluk hidup holistik, yang memiliki respons kompleks terhadap stimulus untuk
meningkatkan kenyamanan dalam konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosial
kultural dan lingkungan
b. Simplicity (Kesederhanaan)
Rasa nyaman adalah kebutuhan
dasar manusia dan komponen-komponen rasa nyaman ini dapat dijadikan tolak ukur
keberhasilan pemberian intervensi keperawatan. Dimana teori ini menitiberatkan
pada asuhan keperawatan yang berfokus pada kebutuhan holitik pasien.
c. Generality (Keumuman)
Tujuan pemenuhan rasa nyaman
pasien menurut tingkat Relief, Ease, dan Transdence yang terintegrasi ke dalam
empat konteks pengalaman holitik yang terdiri dari fisik, psikospiritual,
sosiokultural dan lingkungan. Teori Kenyamanan mudah dipahami dan dapat di
aplikasikan pada semua kelompok usia dan diterapkan diberbagai jenis praktik
keperawatan.
d. Accesibilty (Aksessibilitas)
Kolcaba telah banyak
melakukan penelitian di berbagai kalanganumur dan jenis praktik keperawatn dan
telah mengembangkan berbagai tools tentang comfort
seperti general comfort questionnare,
visual analog scale, radiation therapy comfort questionaner, urinari
incontinence and frequency comfort questionaner, hospice comfort questionaner
and comfort behavior checklish yang dapat dikembangkan melalui penelitian
lanjutan.
e.
Derivable Cosequence
Teori comfort dapat dijadkan sebagai kerangka konsep untuk
penilaian pasien, baik mengunakan verbal rating scale (dalam klinis) dan
comfort questionaner (dalam penelitian.
Teori
Comfort telah dimasukan dalam sistem Klasifikasi Keperawatan seperti NANDA,
NIC, NOC sehingga dapat berpengaruh dalam pendidikan keperawatan dengan
mempelajari lebih lanjut tentang aplikasi rencana keperawatan Comfort.
struktur Taksonomi
Comfort kebutuhan untuk studi kasus (Alligood, 2014)
Context
of Comfort
|
Relief
|
Ease
|
Transcendence
|
Physical
|
Kembali sakit
Awal Kontraksi
Kuat
|
Kegelisahan
dan kecemasan
|
Pasien
berpikir, "apa yang akan terjadi dengan keluarga saya dan bayi
saya?"
|
Psychospiritual
|
Kecemasan dan
ketegangan
|
Ketidakpastian
tentang prognosis
|
Perlu
dukungan emosional dan spiritual
|
Environmental
|
Teman sekamar
adalah primigravida Kamar kecil, bersih, dan menyenangkan
|
Kurangnya
privasi
Telepon
di kamar
Perasaan
terkurun dengan istirahat
|
Kebutuhan
untuk unsur-unsur lingkungan yang tenang, akrab dan aksesibilitas gangguan
|
Sociocultural
|
Ketiadaan
keluarga dan sensitif kultural perawatan
|
Keluarga tidak
hadir Hambatan bahasa
|
Perlunya
dukungan dari keluarga atau orang penting lainnya.
Kebutuhan
informasi dan konsultasi.
|
Tindakan dan
Intervensi Asuhan Untuk Kenyamanan (Alligood, 2014)
Type
of Comfort Care Action or Intervention
|
Example
|
standar
Intervensi kenyamanan
|
Tanda-tanda
vital
Hasil
Laboratorium
Pengkajian
pasien
Pengobatatan
dan perawatan
Pekerja sosial
|
Pembinaan
|
Bantuan
emosional
Kepastian
pendidikan
Mendengarkan
Rohaniwan
|
Kenyamanan
makanan untuk jiwa
|
Terapi energi
seperti sentuhan penyembuhan jika bisa diterima secara budaya.
Terapi musik
atau imajinasi terbimbing (pilihan musik pasien).
Menghabiskan
waktu
Koneksi
pribadi
Pengurangan
rangsangan lingkungan
|
4.
APLIKASI TEORI KENYAMANAN
Aplikasi
teori kenyamanan di area keperawatan menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan. Proses keperawatan mencakup pengkajian, penegakan diagnose
keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. (Kolcaba
& DiMarco, 2005)
1.
Pengkajian
Pengkajian
ditujukan untuk menggali kebutuhan rasa nyaman klien dan keluarga pada empat
konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan.
Kenyamanan fisik terdiri dari sensasi tubuh dan mekanisme homeostasis.
Kenyamanan psikospiritual mencakup kesadaran diri dan hubungan manusia pada
tatanan yang lebih tinggi. Kenyamanan lingkungan terdiri dari lampu, bising,
lingkungan sekeliling, cahaya, dan suhu.
2.
Diagnose keperawatan
Diagnose
keperawatan didapatkan dari masalah klien, baik kenyamanan fisik,
psikospiritual dan kenyamanan lingkungan.
3.
Intervensi keperawatan
Intervensi
keperawatan bertujuan meningkatkan rasa nyaman. Intervensi kenyamanan memiliki
tiga kategori :
a. Intervensi kenyamanan standar untuk
mempertahankan homoestasis dan mengontrol rasa sakit
b. Latihan untuk meredakan kecemasan,
memberikan jaminan dan informasi, menanamkan harapan, mendengarkan dan membantu
merencanakan pemulihan
c. Tindakan yang menenangkan bagi jiwa
4.
Implementasi keperawatan
Kebutuhan
kenyamanan fisik termasuk deficit dalam mekanisme fisiologis yang terganggu
atau beresiko karena sakit atau prosedur invasive. Kebutuhan fisik yang tidak
jelas terlihat dan yang mungkin tidak disadari seperti kebutuhan cairan atau
keseimbangan elektrolit, oksigenasi atau termoregulasi. Kebutuhan fisik yang
terlihat seperti sakit, mual, muntah, menggigil atau gatal lebih mudah
ditangani dengan maupun tanpa obat. Standar kenyamanan intervensi di arahkan
untuk mendapatkan kembali dan mempertahankan homoestasis.
5.
Evaluasi
Evaluasi
keperawatan dilakukan setelah implementasi. Beberapa instrument telah
dikembangkan untuk mengukur pencapaian tingkat kenyamanan seperti behaviors
ceklist ataupun children comfort disiases sesuai dengan usia klien.
PEMBAHASAN
APLIKASI
TEORI KATHARINE
KOLCABA : TEORI KENYAMANAN PADA KASUS PASIEN ANAK DI RUANG
RAWAT INAP NON BEDAH
A.
Pengkajian kenyamanan pada konteks fisik
Klien adalah seorang anak berusia 15 tahun, perempuan, dirawat di Rumah
Sakit diruang rawat non bedah dengan diagnose medis demam typoid. Keluhan saat
ini, klien mengeluh mual, pusing, nyeri abdomen, dan lemas. Sebelumnya tidak
pernah dirawat di rumah sakit. Hasil pengukuran tanda-tanda vital: Tekanan
darah 110/70mmHg, nadi 96 kali permenit, suhu 36,4©. Berat badan sekarang 43
kg, tinggi badan 155 cm. pemeriksaan fisik didapatkan data konjungtiva tidak
anemis, suara nafas vesikuler, bising usus 8x/menit, hepar tidak teraba. Hasil
pemeriksaan laboratorium: Hb 14,9, Ht 45, trombosit 210.000, widal titer O
1/320, widal titer H 1/160. Saat ini mendapatkan terapi cairan dekstrose 5% 100
cc , injeksi tricevin 2x1 gr/IV, Donperidon 3x1 cc
B.
Pengkajian kenyamanan pada konteks psikospiritual
Ibu mengatakan klien adalah anak yang percaya diri dan mudah bergaul,
mempunyai banyak teman dan merasa sedih karena tidak dapat berkumpul dengan
mereka selama sakit. Klien merasa sangat senang ketika dijenguk oleh
teman-temannya di rumah sakit. Klien teratur melaksanakan ibadah agama dan
berdoa dirumah. Tetapi sejak klien di rawat di rumah sakit, klien tidak
melaksanakan ibadah karena kondisi tubuh lemah, klien belum menarche, informasi
tentang pubertas didapatkan dari majalah dan cerita teman. Orang tua memberikan
penjelasan apabila klien bertanya.
C.
Pengkajian kenyamanan pada konteks lingkungan
Ruangan kamar yang menggunakan AC dengan pengharum ruangan, satu kamar
untuk dua pasien dengan lampu penerangan masing-masing klien. Terdapat sofa
untuk keluarga, kamar mandi bersih daan nyaman. Anak dan keluarga merasa tidak nyaman karena lingkungan
hospitalisasi sehingga ingin segera pulang ke rumah.
D.
Pengkajian kenyamanan pada konteks sosiokultural
Klien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah tidak pernah
menjenguk karena bekerja sebagai supir di kedutaan besar. Anak tidak sedih
berpisah dari ayah karena ayahnya sudah terbiasa tidak dirumah karena bekerja.
Klien lebih dekat dengan ibu dari pada ayahnya.
Tabel
3.1 Struktur Taksonomi Comfort
Kolcaba pada Kasus Anak dengan Demam Typoid.
Tipe
Kenyamanan
|
Relief
|
Ease
|
Trancenden
|
Fisik
|
Mual,
pusing, lemas, nyeri abdomen
|
|
|
Psikospiritual
|
|
Anak
menyesal berpisah dengan teman-temannya
|
Anak
senang dijenguk teman-temannya
|
Lingkungan
|
|
Klien
merasa tidak nyaman dengan kondisi hospitalisasi, anak dan keluarga ingin
segera pulang
|
Keluarga
dan klien merasa nyaman
|
Sosiokultural
|
|
|
Anak
tidak sedih berpisah dengan ayahnya karena ayahnya sudah terbiasa tidak
dirumah karena bekerja
|
E.
Klasifikasi data
a. Data subjective
Klien
mengeluh mual, pusing, nyeri abdomen, dan lemas
Klien
merasa sedih karena tidak dapat berkumpul dengan teman-temannya selama sakit
klien
tidak dapat melaksanakan ibadah karena kondisi tubuh lemah
klien
dan keluarga merasa tidak nyaman karena
lingkungan hospitalisasi
b. Data objective
Tekanan
darah: 110/70 mmHg, Nadi 96x/menit, suhu 36,40C,
BB:
43 kg, tinggi badan 155 Cm
Hasil
pemeriksaan laboratorium: Hb 14,9, Ht 45, trombosit 210.000, widal titer O
1/320, widal titer H 1/160
F.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi intestinum
2. Kelemahan berhubungan dengan proses penyakit
3. Ketidaknyaman berhubungan dengan proses hospitalisasi
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi.
G.
Intervensi keperawatan
v
Diagnosa
keperawatan Nyeri berhubungan dengan dengan iritasi intestinum. Tujuan agar rasa mual berkurang, tidak mengganggu
aktifitas makan.
Intervensi
kenyamanan
|
Tindakan keperawatan
|
Standard comfort
|
Kaji ulang
intestitas mual, factor yang memperberat mual, dan meringankan mual
Kolaborasi
pemberian cairan
Kolaborasi
pemberian obat Analgetik
|
Coaching
|
Jelaskan pada
anak penyebab munculnya mual
|
Comfort food for the soul
|
Ajarkan pada
klien teknik imagery guidance
Libatkan
keluarga dalam latihan imagery guidance
|
v
Diagnosa
keperawatan kelemahan berhubungan dengan proses penyakit . Tujuan agar klien mampu beraktivitas sesuai
toleransi
Intervensi
kenyamanan
|
Tindakan
keperawatan
|
Standard comfort
|
Kaji ulang
aktifitas klien sebelum dan sesudah sakit
Ukur nadi,
frekuensi pernafasan, tekanan darah seblum dan sesudah aktifitas
Pembatasan
aktivitas klien
|
Coaching
|
Ajarkan pada keluarga untuk memenuhi ADL ditempat
tidur
Ajarkan pada keluarga tanda-tanda intoleransi
aktifitas
|
Comfort food for the soul
|
Damping anak melakukan aktivitas yang digemari dan
dapat dilakukan ditempat tidur
|
v
Diagnosa
keperawatan Ketidaknyamanan berhubungan dengan proses hospitalisasi. Tujuan: Klien merasa nyaman dengan proses
hopitalisasi/ prosedur tindakan
Intervensi
kenyamanan
|
Tindakan
keperawatan
|
Standard comfort
|
Kaji lingkungan yang mempengaruhi kenyamanan klien
|
Coaching
|
Edukasi tentang penyakit dan prosedur tindakan
|
Comfort food for the soul
|
Keluarga mendampingi anak pada setiap melakukan
prosedur tindakan sampai pemulihan
|
v
Diagnosa
keperawatan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi. Tujuan agar tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi
kenyamanan
|
Tindakan
keperawatan
|
Standard comfort
|
Kaji ulang pola makan klien sebelum sakit dan
sesudah sakit
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet
klien selama sakit dan setelah kembali ke rumah
Timbang berat badan klien setiap hari dengan neraca
timbangan yang sama
|
Coaching
|
Ajarkan pada
keluarga untuk membuat jadwal klien selama dirumah
Kenalkan
kepada keluarga bahan makanan yang baik untuk pertumbuhan klien
|
Comfort food for the soul
|
Dampingi keluarga untuk menyusun menu sesuai anjuran ahli gizi
Ciptakan suasana yang menyenangkan pada saat makan
Berikan kebebasan pada klien untuk memilih menu
makanan sesuai daftar anjuran
|
ANALISIS KASUS TEORI KATHARINE
KOLCABA : TEORI KENYAMANAN PADA KASUS PASIEN ANAK DI RUANG
RAWAT INAP NON BEDAH
Analisis kasus teori Katharine Kolcaba pada kasus
pasien berdasarkan (Kolcaba & DiMarco,
2005) yaitu :
A. Pengkajian
rasa nyaman terkait pengalaman fisik
Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman fisik klien dapat dilakukan
dengan cara wawancara dan pemeriksaan fisik. Secara umum perawat mengobservasi
keadaan klien, mengamati sikap tubuh klien, perilaku yang menunjukkan
ketidaknyamanan. Pengkajian secara menyeluruh dapat dilakukan dengan
pemeriksaan head to toe. Data antropometri melengkapi data pemeriksaan head to
toe. Pemeriksaan ini mendukung masalah ketidaknyamanan fisik klien.
Anak yang dirawat di rumah sakit datang dengan keluhan utama. Keluhan
ini dapat terkait dengan riwayat kesehatan masa lalunya. Gangguan kesehatan
anak dapat pula disebabkan karena penyurunan fungsi imunitas sehingga perlu
dikaji riwayat imunisasi anak. Pergeseran status kesehatan anak dapat terjadi
karena gangguan fungsi fisiologis system maupun organ. Gangguan ini dapat
diperiksa dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Hasil pemeriksaan penunjang dapat memperkuat
dugaan penyebab rasa tidak nyaman anak secara fisik.
B. Pengkajian
rasa nyaman terkait pengalaman psikospiritual
Pengkajian rasa nyaman terkait psikospiritual mencakup kepercayaan diri,
motivasi dan kepercayaan terhadap Tuhan. Pengkajian psikospiritual pada anak
disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Pencapaian tahap perkembangan
psikoseksual termasuk dalam pengalaman psikospiritual karena akan berpengaruh
terhadap kepercayaan diri anak. Pada kasus ini remaja dikaji tahap perkembangan
pubertasnya, gambaran diri dan nilai diri. Remaja mengalami masa peralihan
antara masa anak-anak dan dewasa sehingga terjadi perubahan psikoseksual.
Perubahan bentuk fisik sebaiknya dapat diterima dengan baik oleh anak sehingga
terbentuk rasa percaya diri dan gambaran diri yang baik. Remaja yang sakit dan
dirawat di rumah sakit dapat terganggu karena harus berbagi kamar dengan orang
lain. Bila perubahan ini tidak dapat diterima oleh anak maka dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman.
C. Pengkajian
rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural
Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural mencakup
perkembangan social anak baik interpersonal maupun intrapersonal. Lingkungan
social yang banyak berinteraksi dengan anak adalah keluarga. Masalah yang
muncul antara pemberi asuhan dengan dengan anak akan menimbulkan rasa tidak
nyaman secara social. Anak remaja mengalami perubahan dalam menjalin hubungan.
Remaja tidak lagi banyak terikat dengan hubungan orang tua dan anak tetapi
lebih banyak terlibat hubungan dengan kelompoknya yang mempunyai nilai-nilai
tertentu.
Nilai yang dianut oleh remaja dan kelompoknya tidak selalu sama dengan
nilai yang dapat diterima oleh masyarakat umum. Mungkin saja nilai tersebut
sejalan atau bertentangan dengan nilai kultural. Perubahan ini sebaiknya di
antisipasi oleh keluarga dan masyarakat. Sehingga tidak timbul
ketegangan-ketegangan yang dapat menimbulkan masalah ketidaknyamanan
sosiokultural.
Remaja yang dirawat di rumah sakit akan terpisah dengan kelompoknya
untuk sementara waktu. Perpisahan ini akan mengakibatkan klien menyendiri
sehingga timbullah rasa tidak nyaman pada anak. Remaja lebih bersedih berpisah
dengan teman-teman daripada berspisah dengan keluarga. Keluarga mengalami
perubahan terkait perawatan anak dirumah sakit, yang harus meninggalkan rumah
dan menemani anak di selama sakit. Sehingga semua dapat mengakibatkan adanya
ketidaknyaman secara sosiokultural.
D. Pengkajian
rasa nyaman terkait pengalaman lingkungan
Pengkajian lingkungan pada teori kenyamanan ini mencakup respon adaptasi
anak dan keluarga terhadap lingkungan fisik di rumah sakit. Lingkungan yang
berbeda dengan hospitalisasi pertama dapat menjadi suatu stressor tersendiri
bagi anak dan keluarga, stressor tersebut dapat berupa pencahayaan, kebisingan,
suhu dan lain-lain.
E. Masalah
keperawatan
Masalah keperawatan dapat dianalisa dari struktur taksonomi kenyamanan
yaitu fisik, psikospiritual,, sosiokultural dan lingkungan anak dan keluarga.
Yang menunjukkan perubahan homoestasis dan respon fisiologis anak termasuk
didalam diagnosis rasa tidak nyaman fisik pada level relief karena klien merasa
pusing, mual, lemas, dan konjungtiva anemis.
Pengalaman psikospiritual anak mengalami rasa tidak nyaman pada level
ease karena anak merasa sedih berpisah dengan teman-temannya. Rasa nyaman
meningkat pada level ease ketika teman-teman klien menengok ke rumah sakit.
Pengalaman lingkungan anak mengalami masalah di level transcende karena
anak dan keluarga merasa tidak nyaman dengan hospitalisasi, dikarena anak baru
pertama kali dirawat.
Pengalaman sosiokultural anak mengalami masalah pada level transcendence
karena anak merasa tidak sedih berpisah dengan ayahnya, hal ini menunjukkan
bahwa anak tidak dekat dengan ayah. Ketidakeratan hubungan ini karena orang tua belum siap menghadapi
perubahan anaknya yang beranjak dewasa.
F.
Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan berfokus pada peningkatan rasa nyaman anak dan
keluarga. Pengkajian keperawatan dengan menggunakan taksonomi. Mengkaji
kenyamanan tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengkaji sehingga perawat
mempunyai waktu luang untuk melakukan intervensi. Intervensi dikelompokkan
menjadi tiga jenis intervensi yaitu intervensi standard, pembinaan, dan
tindakan kenyamanan ekstra perawat. Masing-masing kenyamanan berbeda focus
intervensinya.
G. Implementasi
dan evaluasi
Intervensi keperawatan di implementasikan kemudian di evaluasi. Evaluasi
menggunakan instrument yang berbeda-beda antara klien tergantung dari tingkat
perkembangan anak. Kenyamanan klien yang telah tercapai akan dibandingkan
dengan tujuan tindakan keperawatan. Kemudian perawata akan menyusun kembali
rencana keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan kenyamanan yang telah
sampai pada level trancedence.
H. Aspek
positif aplikasi teori kenyamanan pada area keperawatan anak
1. Teori kenyamanan sederhana sehingga dapat langsung di
aplikasikan pada tingkat praktik
2. Intrumen pengkajian kenyamanan telah disusun untuk
mengukur level kenyamanan klien sehingga membantu perawat menyusun intervensi
comfort
3. Instrument kenyamanan berpusat pada keluarga
4. Intervensi kenyamanan bertujuan meningkatkan rasa
nyaman sehingga tercapai tujuan pada pelayanan keperawatan anak yaitu
atraumatic care
I.
Aspek negatif aplikasi teori kenyamanan pada area
keperawatan anak
1. Tingkat perkembangan anak berbde-beda sehingga tidak
semua instrument pengkajian kenyamanan dapat digunakan disemua usia anak.
2. Diperlukan format pengkajian khusus
J.
Implikasi aplikasi teori kenyamanan pada area
keperawatan anak
1. Teori kenyamanan mempunyai kerangka kerja yang dapat
menajdi panduan praktik keperawatan yang holistic dan harus di dokumentasikan
dengan baik
2. Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk
pencapaian yang lebih baik
3. Kerangka konseptual teori kenyamanan tidak akan
tercapai tanpa dukungan dan komitmen
pelayanan kesehatan .
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Asuhan keperawatan anak mempunyai filosofi asuhan keperawatan atraumatic
care dan asuhan keperawatan berpusat pada keluarga. Stressor yang terdapat di
lingkungan bedah dapat berupa stressor fisik yang muncul dari tindakan stressor
lingkungan berupa kebisingan maupun suhu ruangan dan stressor perpisahan orang
tua. Masalah keperawatan terkait kenyamanan diatasi dengan intervensi
kenyamanan dikelompokkan menjadi tiga yaitu intervensi kenyamanan standard
untuk mempertahankan homoestasis dan mengontrol rasa sakit, pembinaan/coaching
untuk mendengarkan dan membantu merencanakan pemulihan, dan tindakan yang
menenangkan bagi jiwa, hal yang menyenangkan yang perlu dilakukan oleh perawat
untuk membuat anak dan keluarga merasa diperhatikan. Dalam mengidentifikasi
kenyamanan pasien ada 3 yaitu relief (Kelegaan), ease (ketentraman),
transcendence. Empat kontek kenyamanan dalam asuhan keperawatan yaitu konteks
fisiologis / fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan.
B.
SARAN
Teori
kenyamanan salah satu teori yang perlu dipahami bagi seorang perawat
professional khususnya dalam pembelajaran bagaimana asuhan keperawatan pada
kenyamanan. Sehingga pada hospitalisasi tidak terjadi atraumatic care pada
pasien khususnya pasien anak dan memberikan persepsi yang baik kepada profesi
perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work. Elsevier
Mosby. https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a
Arifuddin, & Burhanudin, B. (2015). TEORI ILMU KEPERAWATAN PARA
AHLI “Teori dan Aplikasi.” Indonesia.
Kolcaba, K., & DiMarco, M. A. (2005). Comfort theory and its
application to pediatric nursing. Pediatric Nursing, 31(3),
187–194.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2010). Buku Ajar FUNDAMENTAL
KEPERAWATAN Konsep, Proses, & Praktik. (L. H. Dwi Widiarti, Eka Annsa
Mardilla, Nike Budi Subekti, Ed.) (7th ed.). Jakarta: EGC.
McEwen, M. (2014). Theoretical basis for nursing (Edition 4).
Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins.
Smith, M. & Parker, M. (2015). Choosing, Evaluating, and
Implementing Nursing Theories for Practice. Nursing Theories and Nursing
Practice 4th Ed.
0 comments:
Post a Comment