Friday, April 10, 2020

APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING MADELENE LEININGER

TINJAUAN PUSTAKA
A.    MADELENE LEIGNINGER.
1.      Sejarah Madelene Leininger.
Leininger lahir di Sutton Nebraska pada 13 juli 1925, pada tahun 1948 dia mengambil program diploma di St. Anthony School og Nursing Denver Colorado, setelah itu dia melanjutkan pendidikan di St. Scholartica Kansas dengan mendapatkan gelar BS pada tahun 1950, selanjutnya gelar MS di raih pada tahun 1954 di Psychiatric and Mental Nursing di Universitas katolik Washinton DC amerika Serikat. Pada tahun 1965 Leininger meraih gelar Ph.D pada bidang antropologi budaya dan social di Universitas Washinton, Seatle Amerika serikat (Alligood, 2013).
Selain melanjutkan pendidikan leininger juga berperan sebagai seorang perawat, di awal kariernya dia mengakui bahwa konsep “caring” dalam dunia keperawatan sangat penting, karena rasa peduli terhadap sesama yang akan menjadikan seorang perawat mampu memberikan layanan keperawatan yang sempurna kepada pasien, karena konsep “caring” ini pulalah sehingga banyak pasien memberika ungkapan penghargaan setinggi-tingginya kepada leininger, berdasarkan penghargaan pasien ini sehingga leininger diminta untuk focus kepada perawatan yang berdasarkan “caring” yang menjadi titik central dari keperawatan.
   Pada tahun 1950, leininger bekerja pada sebuah bimbingan anak, pada masa inilah dia mendapatkan sebuah ide cemerlang yang biasa di sebut sebagai “kejutan budaya” dimana leininger menemukan pola-pola perilaku pada anak-anak tampak memiliki dasar budaya, leininger menyimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang budaya dan kurangnya rasa peduli merupakan penyebab kurangnya pemahaman dalam layanan keperawatan, dimana hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mendukung kepatuhan pasien,penyembuhan dan pemulihan kesehatan.(Busher Betancourt, 2015)
Teori yang dikembangkan oleh leininger dapat membantu dalam mendefenisikan harapan hubungan antara pasien dengan perawat karena dalam layanan keperawatan, perawat merupakan pemberi layanan dan pasien adalah penerima layanan. Teori leininger ini beramaksud agar perawat memasukkan unsur budaya dalam berinteraksi dengan pasien sehingga penerapan layanan keperawatan tidak bertentangan dengan budaya yang dianut oleh pasien.(Busher Betancourt, 2015)
Leininger merupakan salah seorang ahli teori keperawatan yang revolusioner, intelektual, juga menjadi seorang peneliti, pendidik dan pemimpin dalam memahami konsep budaya kemudian menggabungkan konsep tersebut dengan layanan kesehatan.(Sagar, 2011)
2.      Pengertian Transkulutural Nursing.
Transcultural nursing adalah suatu keilmuan yang menggambarkan keperawatan yang berdasarkan competensi budaya untuk memberikan layanan keperawatan yang berkualitas berfocus memandang perbedaan dan kesamaan antar budaya yang dimiliki oleh setiap invidu (leininger, 2002) dalam. (Maier-Lorentz, 2008).
3.      Tujuan
Tujuan teori budaya ini adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan konsep transcultural nursing dalam pelayanan keperawatan.
4.      Konsep keperawatan dalam transcultural nursing.
a.       Manusia
Manusia adalah suatu individu,keluarga kelompok yang memiliki kepercayaan atau norma-norma yang di pegang dan di jadikan suatu dasar untuk nenentukan pilihan dan melakukan suatu pilihan. leininger (1991) mengatakan manusia dapat mempertahankan budayanay di manapun di berada. Manusia di pandang dari segi kultur dari segi gendernya,jenis kelamin,ras,golongan,kondisi biomedis,akulturasi budaya.manusia dari kultur yang berbeda dapat di lakukan perawatan yang berbeda kaena menjaga kekhawatiran perbedaan presepsi yang berbeda dari perawat sehingga akan berpengaruh terhadap pelayanan keperawatan yang akan di berikan (Kasron, Sahran, & Ohorella, Usman, 2016).
b.      Lingkungan
Menurut Leininger (1991) lingkungan adalah keadaan menyeluruh meliputi situasi,pengalaman memberikan arti ekpresi individu,interprestasi dan social interaksi yaitu fisik,ekologi,social politik dan setting kultur. Lingkungan alam yang di ciptaka manusia di katakan lingkunagan fisik misalnya daerah katulistiwa,pegunungan,pemukiman padat penduduk dan suasana alam seperti pembangunan rumah didaerah Eskimo yang rumahnya hampir tertutup rapat di karenakan hampit tidak ada matahari sepanjang tahunnya.lingkungan social merupakan lingkungan secara keseluruhan struktur sosialnya berhubungan dengan social individu,keluarga atau kelompok kedalam masyarakat yang lebih luas.aturan yang di anut dalam lingkungan social adalah semua bentuk aturan yang berlaku di lingkunaga tersesbut. Andrew dan Boyle,1995 mengatakan Individu atau kelompok biasa  seperti musik,seni,riwayat hidup,bahasa dan atribut yang di gunakan biasa bersatu di katakana lingkunaga simbolik.
c.       Kesehatan
Menurut leninger (1995) sehat sebagai suatu keadaan sejahtera yang di artikan dalam kultur,nilai,praktik dalam bentuk tanggung jawab individu dan kelompok ataupun masyarakat yang terlihat dalam bentuk ekspresi aturan di tempatnya. Klien memilih serta aktif dalam budaya yang sesuai dengan keadaannya itu merupakan tujuan dari Asuhan Keperawatan. Status kesehatan dan budaya di tentukan oleh individu masing masing melalui proses belajar dari lingkunagannya. Proses menuju sehat ini melibatkan peran serta klien yang lebih dominan sehingga sehat yang di dapatkan adalah sehat secara holistic dan humanistik.
d.      Keperawatan
1)      Care adalah esensi keperawatan dan sesuatu yang berbeda,dominan,sentral dan focus pemersatu.
2)      Untuk kesejahteraan,kesehatan,pertumbuhan dan pertahanan dalam menghadapi tantangan atau kematian keperawatan bebasis cultural esensial.
3)      keperawatan berbasis cultural yang paling komprehensif dan holistic untuk mengetahiu,menjelaskan,menginterprestasikan dan meprediksi fenomenaproses keperawatan  dan memberi asuhan  Dalam pengambilan keputusan tindakan keperawatan.
4)      Transcultural nursing  adalah ilmu humanistic dan scientific care, merupakan profesi dengan manfaat utama melayani individu, kelompok,komunitas social  dan organisasi.
5)      Untuk pengobatan dan penyembuhan keperawatan yang berbasis cultural.penyembuhan tidak akan terjadi jika tidak ada perawatan, namun tanpa curing cering dapat eksis.
6)      Konsep cultural care,makna/arti, ekspresi, pola proses dan bentuk struktursl dan perawatan transkultural dengan diversitas (perbedaan) dan universalitas (persamaan).
Keperawatan adalah aktifitas yang diarahkan untuk mendukung ,membantu pemenuhan kebutuhan yang kongkruen dengan nilai budaya, kepercayaan, cara hidup dari penerima perawatan.keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan dan seni humanistic yang berokus pada  perilaku perawatan personal,fungsi dan proses  yang di arahkan untuk promosi dan mempertahankan perilaku sehat atau proses penyembuhandari penyakit (leininger). Keperawatan merupakan profesi perawatan transkultural yang unik karena aktifitas perawatan pasien di tujukan untuk memberikan dukungan dan mempersiapkan pasien  untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan nilai budaya,kepercayaan dan gaya hidup mereka (Kasron et al., 2016).
Perlindunagan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/ menegosiasi budaya dan rekonstruksi budaya adalah strategi yang di gunakan dalam asuhan keperawatan, hal itu adalah sebagai berikut :
1)      Mempertahankan budaya : dapat di lakukan jika budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
2)      Negosiasi budaya,dilakukan untuk membantu pasien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Misalnya : ibu hamil yang pantang makan makanan yang berbau amis, makan ikan bias dig anti dengan makanan yang mengandung protein lain.
3)      Restrukturisasi budaya,di lakukan bila budaya yang di miliki merugikan status kesehatan.misalnya perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup pasiennya yang berkebiasaan merokok aktif menjadi mengurangi kebiasaan merokok.
5.      Analisis teori leininger
a.       Clarity (kejelasan)
Leininger melalui teori culture care menggambarkan konsep dan teorinya dengan jelas. untuk memperjelas proposisi konsep tersebut teori ini di lengkapi dengan diagram yang di sebut dengan Sunrise Enabler. perawat dalam melakukan asuhan keperawatan tentunya terlebih dahulu memahami budaya yang di miliki suatu masyarakat.
b.      Simplicity (kesederhanaan)
Teori culture care diambil dari disiplin ilmu antropologi dan ilmu keperawatan. Teori ini mendefenisikan keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari keperawatan, yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa perbedaan budaya serta bagian budaya yang ada di dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat.
c.       Generality (generalisasi/keumuman)
Teory culture care memiliki cakupan teori yang luas melalui pendekatan presfektif multicultural, dapat di aplikasikan pada individu dan masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Teori ini mempunyai kelemahan dalam pemberian asuhan keperawatan apabila di temukan konflik budaya antara pasien dan perawat.
d.      Empirical Precision (presisi Empiris)
Penelitian kuwalitatif dapat di lakukan pada teori culture care dalam mengungkap fenomena keperawatan dan kesehatan yang belum di ketahui dari berbagai budaya.
e.       Derivable Consequence (kosekuensi yang di dapat)
Dalam pencapaian tujuan keperawatan teori culture care Diversity and Universality sangat berperan penting.teori ini sangat bermanfaat  karena bias diaplikasikan dan esensial dalam pendidikan,pelayanan,penelitian keperawatan serta dapat membawa perubahan dalam perkembangan dunia keperwatan.praktek professional dalam keperawatan, penelitian keperawatan, pengembangan ide-ide baru dalam dunia keperawatan merupakan hal yang bersumber dari teori  culture care Diversity and Universality


PEMBAHASAN
A.    APLIKASI KASUS
1.      Gambaran kasus
Ny. D, berusia 29 tahun agama islam, pendidikan SD,  masuk ke unit keperawatan onkologi dengan keluhan nyeri pelvic dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaan PAP Smear didapatkan menderita Ca Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy.
Riwayat kesehatan masa lalu: jarang mendatangi fasilitas kesehatan yang ada, karena kalau sakit, biasanya hanya membeli obat di warung untuk penyembuhannya. Ny D mengatakan bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Tinggi, dia seorang perokok dan menghabiskan kurang lebih 2 pak sehari dan berlangsung selama 16 tahun. Dia sudah memiliki dua orang anak. Kehamilan pertama ketika dia berusia 16 tahun dan kehamilan yang kedua saat berusia 18 tahun. Sejak saat itu dia menggunakan kontrasepsi oral secara teratur. Dia menikah dan tinggal dengan suaminya bersama dua orang anaknya di rumah ibunya, dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Suaminya seorang penggangguran (tidak mempunyai pekerjaan yang tetap) dia menggambarkan suaminya seorang yang emosional dan kasar.
Ny D telah melakukan pembedahan dengan baik kecuali satu hal, saat ini dia belum mampu mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual post oprasi. Hal itu mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di rumah. Obat yang digunakan adalah antibiotic, analgetik untuk nyeri dan antiemetic untuk mualnya. Sebagai tambahan, dia akan mendapatkan terapi radiasi sebagai rawat jalan.
Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap masa depannya dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa penyakit ini adalah datangnya karena guna-guna orang jahat padanya serta sebuah hukuman akibat masa lalunya.
Penerapan asuhan keperawatan teori leinenger
1.      Pengkajian
a)      Faktor teknologi (technological factors)
Pasien selama ini jarang mendatangi fasilitas kesehatan, jika sakit hanya membeli obat di warung saja. Alasan dia datang ke pelayannna kesehatan saat ini karena penyakit yang dideritanya tidak sembuh dengan obat warung.
b)      Faktor agama dan falsafah hidup
Pasien beragama islam,saat ini berstatus menikah dengan dua orang anak, pasien percaya bahwa penyakitnya datang dari guna-guna orang yang tidak senang kepadanya. Pasien juga percaya bahwa penyakitnya ini karena hukuman atas masa lalunya.
c)      Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social Factors)
Pasien berumur 29 tahun, ia sekeluarga masih tinggal di rumah orangtuanya. Suaminyaseorang penggangguran dan sangat emosional serta kasar.
d)     Faktor nilai-niali budaya dan gaya hidup ( cultural values & lifeways)
Sanitasi lingkunga rumah pasien kurang baik, jarang melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, pasien seorang perokok yang dapat menghabiskan rokok 2 pak perhari selama 16 tahun. Pasien menikah diusia muda dan hamil pertama pada usia 16 tahun dan hamil kedua umur 18 tahun, serta dia menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil.
e)      Faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit( political and legal factors)
Saat ini pasien sudah menjalani operasi dan sudah dianjurkan pulang kembali ke rumahnya, tetapi efek dari pemebedahan itu pasien saat ini masih belum bisa melakukan BAK secara normal karena adanya nyeri. Pasien juga sering mengeluh mual.
f)       Faktor ekonomi ( economical factors )
Pasien seorang buruh tani, tidak memiliki tabungan khusus untuk kebiutuhan yang mendadak, karena penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.pasien memiliki kartu jaminan kesehatan, sehingga dia tidak terlalu memikirkan biaya selama dia dirawat di rumah sakit.
g)      Faktor pendidikan ( educational factors )
Pasien hanya tamatan sekolah dasar, abggota keluarga yang lain juga hanya tamatan SD.
2.      Diagnose keperawatan
Perawat merumuskan masalah yang dihadapi pasien dan keluarganya adalah:
a)      Rasa nyeri dan mual pasien setelah operasi
b)      Persepsi klien yang salah tentang penyakitnya yang disebabkan oleh guna-guna dan akibat dosa masa lalunya
c)      Hal ini yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun kehiduoan sosial dan aspek penting lainnya yaitu masalahan kerohanian, kekeluargaan dan ekonomi yang sangat besar mempengaruhi kesehataan dan kesejahteraan.
3.      Adapun inetrvensi dan implementasi
a)      The gold of culture care presevartion or maintenance :
§  Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam merawat pasien. Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama seperti ustad di mesjid
§  Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negative yang mengatakan bahwa dosa di masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya dan mendapatkan pertolongan dari hasil berkonsultasi kepada  “dukun” yang memindahkan beberapa kutukan kepadanya.
§  Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien dan teman-temannya yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.
b)      Culture care accommodation or negotiation :
§  Perawat merencanakan kordinasi dengan RT setempat untuk memperbaiki lingkungan yang tidak sehat.
§  Perawat lain (yang merawat) pasien akan mengidentifikasi dan menetapkan obat-obatan untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang digunakan pada pasien.
c)      Culture care repatterning or restructuring :
§  Kepedulian keluarga perlu untuk dipertimbankan, memberikan penyuluhan pada keluarga tentang betapa pentingnya dorongan atau motifasi keluarga dalam proses penyembuhan pasien
§  Perawat juga akan membantu pasien dalam menghentikan dalam kebiasaan merokok, penyuluhan tentang pengaruh rokok terhadap, dan anjurkan para perokok untuk merokok diluar ruangan.
4.      Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap :
a)      Keberhasilan pasien mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan
b)      Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya

B.     PEMBAHASAN KASUS
          Kasus diatas juga telah memberikan gambaran pada perawat bahwa dalam teori leiningger, manusia (dalam hal ini klien) besifat sistem terbuka yang berarti bahwa klien itu tidakakan terlepas atau tidakbisa dipisahkan dari budaya mereka masing-masing.
          Teori leiningger pada intinya menitik beratkan pada kebudayaan seseorang, penting sekali bagi perawat untuk mengenal budaya pasien dan pengaruhnya terhadap perawatan pasien. Teori ini sangat diperlukan dan membantu dalam praktek keperawatan, serta mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
          Focus dari pandangannya dengan melihat bahwa budaya pasien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) yang berbeda sebagai bagian penting dalam rangka pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan pada teori ini mempunyai empat tingkatan, dimana pada level satu sampai level tiga itu dimulai dari pengkajian, dimana pengkajian ini meliputi semua aspek yang dimulai dari pengkajian faktor pendidikan klien sampai dengan faktor teknologi. Diagnosa keperawatan akan ditemukan setelah semua pengkajian tersebut diselesaikan. Level empat itu akan dilakukan intervensi serta implementasi keperawatan. Pada kasus diatas telah dilakukan intervensi dan implementasi sebagai berikut :
1.      The goal of culture care preservation of maintenance :
§  Agama dapat difunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam merawat pasien. Dipandang penting untuk konsultasi denga tokoh agama seperti ustad di masjid.
§  Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang mengatakan bahwa dosa dimasa lalu mempengaruhu keadaan sakitnya dan mendapatkan pertolongan dari hasil berkonsultasi pada “dukun” yang memindahkan beberapa kutukan.
§  Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien dan teman-temannya yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.
2.      Culture care Accommondation or Negotiation :
§  Perawat merencanakan kordinasi dengan RT setempat untuk memperbaiki lingkungan yang tidak sehat.
§  Perawat lain (yang merawat pasien) akan mengidentifikasin dan menetapkan obat-obatan untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang digunakan pada pasien.
3.      Culture  care Repatterning or Restructuring  :
§  Kepedulian keluarga perlu untuk dipertimbangkan, memberikan penyuluhan pada keluarga tentang betapa pentingnya dorongan atau motivasi keluarga dalam proses penyembuhan pasien
§  Perawat juga akan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan merokok, penyuluhan tentang pengaruh rokok terhadap, dan anjurkan para perokok untuk merokok diluar ruangan.
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai kasus diatas telah mempertimbangkan norma-norma dan cara hidup klien sehingga dapat mempertahankan kesejahterannya,  memperbaiki cara hidupnya atau kondisinya. Pemberian informasi mengenai penyakit dan prosedur pengobatan kepada klien /keluarga klien akan membantu kelancaran pengobatan. Hal ini berarti bahwa dengan mengetahui dan memahami faktor budaya. Norma-norma dan cara hidup dari klien sangat menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.
C.     ANALISIS KEKUATAN DAN KELEMAHAN TEORI   
1.      Kekuatan teori
a.       Teori ini besifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
b.      Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori orem, king, roy, dll).
c.       Penggunaan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadp rumah sakit
d.      Penggunaan teori trankultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang kompeten dalam membarikan asuhan keperawatan.
e.       Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek keperawatan
2.      Kelemahan teori
a.       Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.
b.      Teori transcultural ini tidak memmpunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dalam teori lainnya.


DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. R. (2013). Nursing Theory Utilization and Application. Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Busher Betancourt, D. A. (2015). Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of Nursing. The Downtown Review. Iss, 2(1), 1–8. Retrieved from http://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr%5Cnhttp://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr
Kasron, Sahran, & Ohorella, Usman, B. (2016). Teori Keperawatan dan Tokohnya. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Maier-Lorentz, M. M. (2008). Transcultural nursing: its importance in nursing practice. Journal of Cultural Diversity, 15, 37–43. https://doi.org/http://search.proquest.com/docview/219364449?pq-origsite=gscholar

Sagar, P. (2011). Transcultural Nursing Theory and Models: Application in Nursing Education, Practice, and Administration. Retrieved from http://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=sc2-iyGnTaYC&oi=fnd&pg=PR1&dq=Transcultural+Nursing+Theory+and+Models:+Application+in+Nursing+Education,+Practice+and+Administration.&ots=6Nn55VkBiT&sig=oED1jw-GxTMYCr7Rcm4-qlm1n_o
Location: Madjene, Labuang, Banggae Tim., Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Indonesia

0 comments:

Post a Comment