Friday, April 10, 2020

NURSING EDUCATION DAN JENJANG KARIR PERAWAT


1.    Pengantar nursing education dan jenjang karir perawat
Penduduk pribumi yang menjadi perawat pada masa penjajahan belanda disebut velpleger dan dibantu  zieken opasser yang berperan sebagai penjaga orang sakit pada masa itu. Pada tahun 1799 didirikanla rumah sakit bernama Binnen Hospital yang juga merupakan tempat Velpegler dan zieken opasser bekerja dan pada tahun itu pula di bentuk dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat namun tujuan dinas kesehatan dan rumah sakit itu di bangun untuk kepentingan tentara belanda. Tahun  1819 didirikan Rumah Sakit Stadverband di Glodok Jakarta Barat, kemudian rumah sakit ini dipindahkan ke Salemba pada tahun 1919 dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, hingga sekarang rumah sakit tersebut telah menjadi rumah sakit pendidikan nasional dan menjadi rumah sakit rujukan nasional. Di tahun 1906 diadakan pendidikan juru rawat di RS PGI Cikini yang diikuti oleh RSCM pada tahun1912 dan menjadi sekolah perawat pertama di Indonesia (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
Keperawatan merupakan tenaga kesehatan terbanyak dalam pelayanan kesehatan di Indonesia, sehingga perawat perlu memperkaya kemampuan dalam memberikan layanan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan kualitas layanan sangat penting mengingat keperawatan merupakan pemberi layanan yang bersifat menyeluruh baik secara bio, psiko, sosial maupun spiritual.(Lestari, 2014).
Peningkatan kualitas pelayanan sangat diperlukan oleh perawat dalam menghadapi persaingan di Era globalisasi, tidak hanya dari segi intelektual, interpersonal, dan teknikal bahkan perbedaan sosial budaya serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dibutuhkan peningkatan pendidikan keperawatan. Pendidikan keperawatan mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan memudahkan perawat melaksanakan pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit maupun di pelayanan kesehatan lainnya. Pelaksanaan pendidikan keperawatan berlandaskan pada ilmu pengetahuan pada ilmu biologi, social dan fisika, serta ilmu umum dan humaniora yang kemudian kurikulum keperawatan mulai menitikberatkan pada berfikir kritis dan penerapan ilmu pengetahuan yang mendukung dalam melakukan semua kegiatan profesi keperawatan baik berupa pemeliharaan kesehatan dan pemulihan kesehatan yang di lakukan dilingkungan masyarakat maupun lingkungan rumah sakit.(Kozier, 2010).
Di lingkungan rumah sakit, peningkatan pendididkan keperawatan juga berpengaruh terhadap jenjang karir perawat. Pengembangan karir perawat merupakan suatu penerapan sebuah perencanaan yang dapat digunakan untuk menempatkan perawat pada jenjang yang sesuai dengan klasifikasi keahlian dan masa kerjanya, serta dapat sebuah kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan bidang yang diminati oleh perawat. (Azwir, Ayuningtyas, & Kw, 2010) Dalam jenjang karir keperawatan, perawat akan bertindak sebagai tenaga profesional bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai kemampuan dan keahlian yang dimiliki baik secara mandiri maupun berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain.

2.    Jenjang Pendidikan Keperawatan.
Pendidikan Keperawatan adalah sebuah lembaga yang berperan besar dalam menciptakan tenaga profesional di bidang keperawatan. Hal ini terjadi karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan juga tuntutan peningkatan kulitas tenaga keperawatan yang harus di penuhi, sehingga di perlukan sebuah pengelolaan yang professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia (Nursalam, 2015). Oleh karena itu pengembangan kurikukulum pendidikan keperawatan akan terus di lakukan dengan didasarkan pada pandangan filosofis atau paradigma keperawatan, orientasi, kerangka konsep, dan kelompok ilmu keperawatan. (Simamora, 2009)

a.    Program Pendidikan DIII Keperawatan

Pendidikan  diploma keperawatan lama masa pendidikan 3 tahun. Program diploma mendapat materi pembelajaran  pendidikan umum seperti biologi dan ilmu fisik dan sosial, di samping teori keperawatan dan praktek. Lulusan program diploma siap berfungsi sebagai perawat pemula di bagian rawat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan. Karena ada hubungan kerja sama  antara sekolah perawat dan rumah sakit sehingga banyak lulusan diploma keperawatan dipekerjakan oleh rumah sakit yang sama. (Zerwekh&Garneau, 2012)

b.    Program Pendidikan Sarjana Keperawatan dan Ners

Penekanan pada program keperawatan sarjana muda yaitu pada pengembangan keterampilan pengambilan keputusan, menerapkan keperawatan yang independen, dan memperoleh keterampilan penelitian. Lulusan program sarjana muda memenuhi syarat untuk mengikuti ujian NCLEX (Ukom) untuk mendapatkan lisensi. Lulusan  pendidikan sarjana juga siap melanjutkan ke pendidikan pascasarjana. (Zerwekh&Garneau, 2012)
Lulusan Sarjana Keperawatan yang kompoten (Ners= First Profesional Degree) memiliki keahlian dalam melaksanakan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan tanggung jawabnya. Seorang Ners mempunyai dasar keilmuan dan dasar keahlian yang  kuat sebagai tenaga profesi.(Nursalam., Efendi, 2008).

c.    Program  Magister Keperawatan

Program megister keperawatan bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, seperti persyaratan masuk, kelas yang fleksibel yang memungkinkan mahasiswa tetap bisa bekerja seperti biasanya sambil mengikuti perkuliahan. Di sebagaian daerah dengan georafis terpencil di negara bagian amerika, untuk memenuhi kebutuhan individu yang ingin melanjutkan pendidikan,  beberapa program pendidikan  memiliki kurikulum  yang dapat diikuti secara online (pendidikan jarak jauh)  tanpa menghadiri kelas tatap muka. (Zerwekh&Garneau, 2012)
Program gelar master memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan perawat mampu mengemban peran advance dan praktik, pendidik, addministrasi dan penelitian (Kozier et al., 2010). Perawat yang dihasilkan oleh program magister keperawatan adalah perawat dengan kompetensi ilmuwan (scientist)  yang mempunyai keahlian (Nursalam., Efendi, 2008)

d.    Program Pendidikan Doktor

Program doktor dalam keperawatan mulai ada pada tahun 1960an di Amerika Serikat. Program ini memberikan pembekalan bagi perawat untuk melakukan praktik klinik yang lebih lanjut, administrasi, pendidikan, dan penelitian. Beberapa diantaranya berfokus pada area klinis umum, seperti keperawatan medical bedah, dan beberapa lainnya menekankan pada area non konfesional seperti keperawatan transcultural. Sebagian program menekankan pada pengembangan teori, tetapi kesemuanya tetap menekankan pada penelitian.(Kozier et al., 2010).
3.    Jenjang Karir Perawat
Dalam jenjang karir perawat ada tiga aspek yang saling berhubungan yaitu prestasi kerja, orientasi professional dan kepribadian perawat yang menghasilkan kinerja professional. (Kemenkes RI, 2011). Tujuan dari pengembangan jenjang karir meningkatkan moral kerja, mengurangi kebuntuan karir, menurunkan jumlah perawat yang keluar dari pekerjaannya, menata system promosi berdasarkan persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan sehingga mobilitas karir berfungsi baik dan benar. (Kornela, Hariyanto, & Pusparahaju, 2013). 

Keempat jalur jenjang karir profesional perawat digambarkan dalam Bagan (Azwir et al., 2010).

Bagan 2.1 Pola Penjengang Karir Perawat

Level Karir dan Kompetensi perawat PMK No 40 Tahun 2017 (Direktur Jenderal Kemnterian Kesehatan Republik Indonesia, 2017) di bagi menjadi 2 level :
a.    Level karir dan kompetensi perawat di Rumah Sakit
1)    Perawat Klinis I
Jenjang perawat klinis masih di bawah bimbingan.
2)    Perawat Klinis II
Jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan secara mandiri dan tim tapi masih memperoleh bimbingan untuk masalah lanjut/kompleks.
3)    Perawat Klinis III
Jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan tindakan keperawatan pada area spesifik dan mengembangkan pelayanan keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan melaksanakan pembelajaran klinis.
4)    Perawat Klinis IV
Jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan pada masalah klien yang kompleks di area spesialistik dengan pendekatan tata kelola klinis secara interdisiplin, multidisiplin, melakukan riset untuk mengembangkan praktek keperawatan serta mengembangkan pembelajaran klinis.
5)    Perawat Klinis V
Jenjang perawat klinis dengan kemampuan memberikan konsultasi klinis keperawatan pada area spesialistik, melakukan tata kelola klinis secara transdisiplin, melakukan riset klinis untuk pengembangan praktik, profesi dan kependidikan keperawatan.
b.    Level karir dan kompetensi perawat di pelayanan primer
1)    Perawat klinis I
Jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan individu di wilayah RW atau Dusun.
2)    Perawat klinis II
Jenjang perawat klinis dengan kemampuan melaksanakan asuhan keperawatan keluarga di wilayah desa atau Kelurahan.
3)    Perawat klinis III
Jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan di wilayah kecamatan
4)    Perawat klinis IV
Jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan di wilayah Kabupaten atau Kota.
5)    Perawat klinis V
Jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan masyarakat dengan masalah kesehatan kompleks di tingkat provinsi.


A.   Fenomena tentang Jenjang Karir perawat
Sistem pengembangan karir yang ada di Indonesia belum sepenuhnya berbasis profesional, lebih menekankan pada peningkatan jabatan struktural dan fungsional perawat yang lebih mengarah pada pemberian penghargaan terhadap orang – orang tertentu saja. Sistem yang dikembangkan mengacu pada aturan yang diperuntukan bagi pegawai negeri sipil (PNS), berdasarkan SK Menpan No. 94/KEP/ M.PAN/11/2001 tentang jabatan fungsional perawat termasuk angka kreditnya (Depkes, 2006).
Fenomena yang terjadi di beberapa daerah tentang jenjang karir perawat, masih sangat memperihatinkan dimana tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan PK III keatas sangat minim bahkan tidak ada.  Sebagian besar tenaga perawat di daerah yang bekerja di rumah sakit daerah berpendidikan rata-rata D III, sebagian lagi telah melanjutkan pendidikan ke tingkat S1 keperawatan dan NERS tapi biasanya mereka lebih memilih kuliah di tempat yang tidak jelas, dengan alasan hanya untuk memperbaiki nasib saja, sehingga kualitas keilmuan mereka di pertanyakan keilmiahannya.
Keterbatasan tenaga dengan kualifikasi pendidikan yang memadai ternyata juga sangat dipengaruhi oleh pengambil kebijakan di sebuah institusi, dimana ada beberapa perawat yang ingin melanjutkan pendidikan di universitas negri tapi tidak diberi izin oleh pimpinan dengan alasan tidak ada dana tugas belajar dan keterbatasan tenaga, akhirnya kebutuhan akan SDM yang mumpuni di bidang keperawatan tidak bisa terpenuhi.
  Selain system regulasi perizinan oleh para pengambil kebijakan yang terkesan tidak memihak ke perawat yang ingin melanjutkan pendidikan, aturan tentang jenjang karir juga baru terbit tahun 2017 yaitu PMK no 40 tentang jenjang karir perawat di Rumah sakit dan FKTP tapi sistem ini belum tersosialisasi dengan baik, kedepannya perawat yang bertugas di FKTP pun di harapkan dapat mengikuti credentialing seperti di rumah sakit.
Ada beberapa tren secara nasional tentang jenjang karir menurut (Ardi, 2016) yaitu :
a.    Ketidaksesuaian utilisasi jenis dan jenjang karir
b.    Tidak tertatanya system jenjang karir professional dan penghargaan
c.    Kepuasan kerja rendah
d.    Motivasi rendah
e.    Citra keperawatan rendah

B.   Literature review terkait jenjang karir perawat.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Suroso, 2011) tentang penataan system jenjang karir berdasarkan kompetensi dengan metode survey di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan hasil yang signifikan baik secara klinik ataupun riset, jenjang karir di luar negri sebagian besar telah dikembangkan sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
Penelitian lain tentang jenjang karir dilakukan oleh (Yosephus, 2011) yang meneliti tentang MOTIVASI KERJA DAN PENGEMBANGAN KARIR PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD. PROF. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, populasinya adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang instalasi gawat darurat dan sampel yang di ambil secara purposive sebanyak 6 orang dengan usia 26 tahun, lalu dilakukan pengumpulan data dengan tehnik Fokus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian ini dibagi 2 kategori motivasi yaitu Motivasi kerja internal yaitu perawat memiliki sikap kepribadian melayani dengan tulus dan memiliki intelegensi yang baik. Sedangkan untuk motivasi eksternal yaitu masalah sosial ekonomi, masalah dalam melanjutkan pendidikan serta pengaruh lingkungan. Pengembangan karir perawat juga mengalami masalah sebagai berikut yaitu adanya masalah peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan pelatihan perawat yang kurang di perhatikan oleh pihak manajemen RSUD. Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang.

Penelitian lain tentang jenjang karir adalah penelitian tentang pengembangan model jenjang karir perawat klinis di unit rawat inap rumah sakit babtis batu malang yang dilakukan oleh (Pusparahaju & Al, 2014)  penelitian ini dilakukan dengan menganalisis pengembangan karir perawat di rumah sakit babtis batu malang, penelitian ini dilakukan pada bulan oktober sampai november 2013 dengan menggunakan metode telaah dokumen, wawancara dan FGD. Hasil penelitian ini di dahului dengan memperlihatkan gambaran ketenagaan perawat di RSBB yang berjumlah 73 orang dan untuk rawat inap sendir berjumlah 30 orang (41 %), dari 30 orang tersebut terdapat 21 orang berstatus pegawai tetap (70 %), 5 orang calon pegawai (16,7 %) dan 4 orang pegawai kontrak (13,3 %). Berdasarkan hasil FGD di temukan bahwa penyusunan model jenjang karir perawat di RSBB untuk saat ini difokuskan pada perawat klinik dan perawat manajer hal ini didasarkan pada hasil diskusi dan telaah dokumen dimana perawat di unit rawat inap masih tergolong dalam perawat klinik dan perawat manajer. Berdasarkan pedoman jenjang karir professional perawat yang ditetapkan oleh DEPKES, perawat klinik terdiri dari: perawat klinik  I (PK I), perawat klinik II (PK II), perawat klinik III (PK III), perawat klinik IV (PK IV) dan perawat klinik V (PK V ).

C.   Solusi aplikatif untuk issu yang diangkat
Setiap rumah sakit wajib melaksanakan jenjang karir untuk perawat sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, tidak hanya sebatas sebagai pelengkap administrasi dalam akreditasi tetapi karena adanya penghargaan terhadap kinerja para perawat.
Ada beberapa solusi yang ditawarkan oleh (Ardi, 2016) tentang jenjang karir perawat :
1.    Menetapkan kesesuaian tanggung jawab : kompetensi, pengalaman kerja dan kompensaasi penghargaan untuk tiap jenjang dan kategori pendidikan
2.    Memberikan peluang bagi perawat untuk berkembang menggunakan system jenjang karir professional.

3.    Melakukan rekrutmen dan program retensi berdasarkan staffing level yang rasional dalam jumlah dan kualifikasi.
4.    Menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
5.    Mendukung penataan SDM dengan kesetaraan dan keadilan gender
6.    Menjadi role model dan mentor professional bagi mahasiswa dan perawat muda.
7.    Memfasilitasi perawat untuk berorganisasi dan meningkatkan citra keperawatan menggunakan berbagai media dan forum.
Upaya untuk meningkatkan jenjang karir professional perawat, maka perawat diharapkan mampu berfikir rasional, mengakomodasi kondisi lingkungan, mengenal diri sendiri, belajar dari pengalaman, serta mempunyai aktualisasi diri.(Ardi, 2016). Jenjang karir adalah tanggung jawab semua orang bukan hanya organisasi profesi saja tetapi semua yang berkompeten, yang lebih penting adalah adanya kerja sama antar semua perawat baik yang bekerja di tatanan pelayanan kesehatan maupun di institusi pendidikan

D.   Kesimpulan.
Dengan lahirnya UU no 38 tahun 2014 tentang keperawatan dimana salah satu bab nya membahas tentang penyelenggaraan pendidikan keperawatan yang kemudian di jadikan sebagai pedoman oleh para penyelenggara pendidikan keperawatan dalam mengelola institusi masing-masing.
Peningkatan pendidikan keperawatan sangat berpengaruh terhadap jenjang karir profesional perawat karena dengan melankjutkan pendidikan maka kualitas kinerja dan profesionalisme perawat juga akan meningkat, sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki melalui peningkatan keterampilan dan pengetahuan yang dapat diperoleh dari proses perkuliahan maupun dari pengalaman praktik klinis dan di evaluasi berdasarkan penilaian kinerja. Jenjang karir perawat dibagi menjadi perawat klinik, perawat manajer, perawat pendidik, dan perawat peneliti.
Jenjang karir perawat telah di atur dalam PMK no 40 tahun 2017 tentang jenjang karir perawat klinis, dimana di dalamnya di bagi menjadi 2 pokok utamanya yaitu perawat yang bekerja di rumah sakit dan FKTP ( Dinas kesehatan dan jajarananya). Jenjang karir ini belum terlaksana sebagaimana yang di inginkan, masih sebatas kebuthan akreditasi rumah sakit, dimana akreditasi mewajibkan semua rumah sakit telah melaksanakan pembagian jenjang karir sesuai dengan tingkat pendidikan dan lama kerja.
Di rumah sakit daerah kebanyakan belum menjalankan amanat undang – undang tentang jenjang karir ini dengan alasan kurang ketenagaan. Sebagaian besar rumah sakit memiliki tenaga keperawatan terbanyak adalah D III keperawatan, kemudian ners dan masih sangat jarang memiliki tenaga dengan kulifikasi pendidikan S2 keperawatan apalagi yang spesialis.
Selain di rumah sakit, jenjang karir yang diatur oleh PMK no 40 tahun 2017 juga menyebutkan tentang jenjang karir di layanan FKTP, mulai dari tingkat RW/dusun sampai ketingkat provinsi dengan pembagian tugas dan fungsi yang sudah dijelaskan. Hal ini memberi harapan baru kepada perawat ketika di tingkat dinas kesehatan perawat di bolehkan untuk berkarir, karena dinas kesehatan merupakan instasi daerah yang bertugas untuk melakukan pembinaan kepada semua UPTD di wilayahnya dan juga sebagai mengambil kebijakan, tentu saja jika ada tenaga keperawatan yang bertugas di dinas kesehatan maka kebijakan yang akan terbit adalah kebijakan yang akan mendukung kegiatan keperawatan yang ada di puskesmas.
Dari beberapa kendala dalam jenjang karir perawat, maka di harapkan semua lembaga atau organisasi yang berperan dalam dunia keperawatan utamanya organisasi profesi PPNI untuk terus melakukan gerakan di tingkat pusat agar jenjang karir ini tidak hanya menjadi pelengkap akreditasi rumah sakit tapi juga menjadi sebuah moment para perawat mengaktualisasikan diri dan mendapatkan penghasilan yang layak.    

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, A. P. (2016). Trend dan Issu Keperawatan. Bogor: IN MEDIA.
Azwir, Ayuningtyas, D., & Kw, R. (2010). Pengembangan Pola Karir Perawat Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta Pusat Tahun 2008. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 13(1), 16–22.
Direktur Jenderal Kemnterian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2017.
Kemenkes RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. jakarta.
Kornela, F., Hariyanto, T., & Pusparahaju, A. (2013). Pengembangan Model Jenjang Karir Perawat Klinis di Unit Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 59–64.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2010). Buku Ajar FUNDAMENTAL KEPERAWATAN Konsep, Proses, & Praktik. (L. H. Dwi Widiarti, Eka Annsa Mardilla, Nike Budi Subekti, Ed.) (7th ed.). Jakarta: EGC.
Lestari, T. R. P. (2014). UPAYA MENGHASILKAN TENAGA PERAWAT BERKUALITAS Nursing Education : Effort to Produce Quality Nurses Personnel. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data Dan Informasi, 1–10.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional (5th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam., Efendi, F. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan - Google Buku. Jakarta: Salemba Medika.
Pusparahaju, & Al, E. (2014). Pengembangan Model Jenjang Karir Perawat Klinis di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Clinical Nursing Career Model Development in Inpatient Units of Hospital. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 59–64.
Suroso, J. (2011). Penataan Sistem Jenjang Karir Berdasar Kompetensi Untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit. Eksplanasi, 6(September), 123–131.
Yosephus,  andrianus P. (2011). MOTIVASI KERJA DAN PENGEMBANGAN KARIR PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD. PROF. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG. Ricehoppers, 1–14. Retrieved from http://ricehoppers.net/wp-content/uploads/2011/07/Tools-Focus-group-discussion.pdf
Zerwekh, J., Garneau, A, Z. (2012). Nursing Today Transition and Trends (7th ed.). Missouri: ELSEVIER SAUNDERS.



Location: Madjene, Labuang, Banggae Tim., Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Indonesia

0 comments:

Post a Comment