1.
Pengantar
nursing education dan jenjang karir perawat
Penduduk
pribumi yang menjadi perawat pada masa penjajahan belanda disebut velpleger
dan dibantu zieken opasser yang
berperan sebagai penjaga orang sakit pada masa itu. Pada tahun 1799 didirikanla
rumah sakit bernama Binnen Hospital yang juga merupakan tempat Velpegler dan
zieken opasser bekerja dan pada tahun itu pula di bentuk dinas kesehatan
tentara dan dinas kesehatan rakyat namun tujuan dinas kesehatan dan rumah sakit
itu di bangun untuk kepentingan tentara belanda. Tahun 1819 didirikan Rumah Sakit Stadverband di
Glodok Jakarta Barat, kemudian rumah sakit ini dipindahkan ke Salemba pada
tahun 1919 dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, hingga
sekarang rumah sakit tersebut telah menjadi rumah sakit pendidikan nasional dan
menjadi rumah sakit rujukan nasional. Di tahun 1906 diadakan pendidikan juru
rawat di RS PGI Cikini yang diikuti oleh RSCM pada tahun1912 dan menjadi
sekolah perawat pertama di Indonesia (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
Keperawatan
merupakan tenaga kesehatan terbanyak dalam pelayanan kesehatan di Indonesia, sehingga
perawat perlu memperkaya kemampuan dalam memberikan layanan agar dapat meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan kualitas layanan sangat penting
mengingat keperawatan merupakan pemberi layanan yang bersifat menyeluruh baik
secara bio, psiko, sosial maupun spiritual.(Lestari, 2014).
Peningkatan
kualitas pelayanan sangat diperlukan oleh perawat dalam menghadapi persaingan
di Era globalisasi, tidak hanya dari segi intelektual, interpersonal, dan
teknikal bahkan perbedaan sosial budaya serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga dibutuhkan peningkatan pendidikan keperawatan. Pendidikan
keperawatan mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan
memudahkan perawat melaksanakan pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit
maupun di pelayanan kesehatan lainnya. Pelaksanaan pendidikan keperawatan berlandaskan
pada ilmu pengetahuan pada ilmu biologi, social dan fisika, serta ilmu umum dan
humaniora yang kemudian kurikulum keperawatan mulai menitikberatkan pada
berfikir kritis dan penerapan ilmu pengetahuan yang mendukung dalam melakukan semua
kegiatan profesi keperawatan baik berupa pemeliharaan kesehatan dan pemulihan
kesehatan yang di lakukan dilingkungan masyarakat maupun lingkungan rumah
sakit.(Kozier, 2010).
Di
lingkungan rumah sakit, peningkatan pendididkan keperawatan juga berpengaruh
terhadap jenjang karir perawat. Pengembangan karir perawat merupakan suatu
penerapan sebuah perencanaan yang dapat digunakan untuk menempatkan perawat
pada jenjang yang sesuai dengan klasifikasi keahlian dan masa kerjanya, serta
dapat sebuah kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan bidang yang
diminati oleh perawat. (Azwir, Ayuningtyas, & Kw, 2010) Dalam
jenjang karir keperawatan, perawat akan bertindak sebagai tenaga profesional
bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai kemampuan dan
keahlian yang dimiliki baik secara mandiri maupun berkolaborasi dengan anggota
tim kesehatan lain.
2.
Jenjang Pendidikan Keperawatan.
Pendidikan
Keperawatan adalah sebuah lembaga yang berperan besar dalam menciptakan tenaga profesional
di bidang keperawatan. Hal ini terjadi karena adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan juga tuntutan peningkatan kulitas tenaga keperawatan yang harus
di penuhi, sehingga di perlukan sebuah pengelolaan yang professional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia (Nursalam, 2015). Oleh karena itu pengembangan kurikukulum pendidikan
keperawatan akan terus di lakukan dengan didasarkan pada pandangan filosofis
atau paradigma keperawatan, orientasi, kerangka konsep, dan kelompok ilmu
keperawatan. (Simamora, 2009)
a.
Program
Pendidikan DIII Keperawatan
Pendidikan diploma
keperawatan lama masa pendidikan 3 tahun. Program diploma mendapat materi
pembelajaran pendidikan umum seperti
biologi dan ilmu fisik dan sosial, di samping teori keperawatan dan praktek.
Lulusan program diploma siap berfungsi sebagai perawat pemula di bagian rawat
jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan. Karena ada hubungan kerja sama antara sekolah perawat dan rumah sakit
sehingga banyak lulusan diploma keperawatan dipekerjakan oleh rumah sakit yang
sama. (Zerwekh&Garneau, 2012)
b. Program
Pendidikan Sarjana Keperawatan dan Ners
Penekanan pada program keperawatan sarjana
muda yaitu pada pengembangan keterampilan pengambilan keputusan, menerapkan
keperawatan yang independen, dan memperoleh keterampilan penelitian. Lulusan program
sarjana muda memenuhi syarat untuk mengikuti ujian NCLEX (Ukom) untuk mendapatkan lisensi.
Lulusan pendidikan sarjana juga siap
melanjutkan ke pendidikan pascasarjana. (Zerwekh&Garneau, 2012)
Lulusan Sarjana Keperawatan yang kompoten (Ners= First Profesional Degree) memiliki
keahlian dalam melaksanakan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
tanggung jawabnya. Seorang Ners mempunyai dasar keilmuan dan dasar keahlian
yang kuat sebagai tenaga profesi.(Nursalam., Efendi,
2008).
c.
Program Magister Keperawatan
Program megister keperawatan bervariasi dari
satu institusi ke institusi lain, seperti persyaratan masuk, kelas yang fleksibel yang memungkinkan mahasiswa
tetap bisa bekerja seperti biasanya sambil mengikuti perkuliahan. Di
sebagaian daerah dengan georafis
terpencil di negara bagian
amerika, untuk memenuhi kebutuhan individu yang ingin melanjutkan
pendidikan, beberapa program
pendidikan memiliki kurikulum yang dapat diikuti secara online (pendidikan
jarak jauh) tanpa menghadiri kelas tatap
muka. (Zerwekh&Garneau, 2012)
Program gelar master memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memungkinkan perawat mampu mengemban peran advance dan praktik, pendidik, addministrasi dan penelitian (Kozier et al., 2010). Perawat yang dihasilkan oleh program
magister keperawatan adalah perawat dengan kompetensi ilmuwan (scientist) yang mempunyai keahlian (Nursalam., Efendi,
2008)
d.
Program Pendidikan
Doktor
Program doktor dalam keperawatan mulai ada pada tahun
1960an di Amerika Serikat. Program ini memberikan
pembekalan bagi perawat untuk melakukan praktik klinik yang lebih lanjut,
administrasi, pendidikan, dan penelitian. Beberapa diantaranya berfokus pada area klinis umum, seperti keperawatan
medical bedah, dan beberapa lainnya menekankan pada area non konfesional
seperti keperawatan transcultural. Sebagian program menekankan pada
pengembangan teori, tetapi kesemuanya tetap menekankan
pada penelitian.(Kozier et al., 2010).
3. Jenjang Karir Perawat
Dalam
jenjang karir perawat ada tiga aspek yang saling berhubungan yaitu prestasi
kerja, orientasi professional dan kepribadian perawat yang menghasilkan kinerja
professional. (Kemenkes RI, 2011).
Tujuan dari pengembangan jenjang karir meningkatkan moral kerja, mengurangi
kebuntuan karir, menurunkan jumlah perawat yang keluar dari pekerjaannya,
menata system promosi berdasarkan persyaratan dan kriteria yang telah
ditetapkan sehingga mobilitas karir berfungsi baik dan benar. (Kornela, Hariyanto, & Pusparahaju, 2013).
Keempat jalur jenjang karir profesional
perawat digambarkan dalam Bagan (Azwir et al., 2010).
Bagan
2.1 Pola Penjengang Karir Perawat
Level
Karir dan Kompetensi perawat PMK
No 40 Tahun 2017 (Direktur Jenderal Kemnterian Kesehatan Republik
Indonesia, 2017) di bagi menjadi 2 level :
a. Level
karir dan kompetensi perawat di Rumah Sakit
1) Perawat
Klinis I
Jenjang perawat
klinis masih di bawah bimbingan.
2) Perawat
Klinis II
Jenjang perawat
klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan secara mandiri dan tim tapi
masih memperoleh bimbingan untuk masalah lanjut/kompleks.
3) Perawat
Klinis III
Jenjang perawat
klinis dengan kemampuan melakukan tindakan keperawatan pada area spesifik dan
mengembangkan pelayanan keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan melaksanakan
pembelajaran klinis.
4) Perawat
Klinis IV
Jenjang perawat
klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan pada masalah klien yang
kompleks di area spesialistik dengan pendekatan tata kelola klinis secara
interdisiplin, multidisiplin, melakukan riset untuk mengembangkan praktek
keperawatan serta mengembangkan pembelajaran klinis.
5) Perawat
Klinis V
Jenjang perawat
klinis dengan kemampuan memberikan konsultasi klinis keperawatan pada area
spesialistik, melakukan tata kelola klinis secara transdisiplin, melakukan
riset klinis untuk pengembangan praktik, profesi dan kependidikan keperawatan.
b. Level
karir dan kompetensi perawat di pelayanan primer
1) Perawat
klinis I
Jenjang perawat
klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan individu di wilayah RW
atau Dusun.
2) Perawat
klinis II
Jenjang perawat
klinis dengan kemampuan melaksanakan asuhan keperawatan keluarga di wilayah
desa atau Kelurahan.
3) Perawat
klinis III
Jenjang perawat
klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan di wilayah kecamatan
4) Perawat
klinis IV
Jenjang perawat
klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan di wilayah Kabupaten atau
Kota.
5) Perawat
klinis V
Jenjang
perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan masyarakat dengan
masalah kesehatan kompleks di tingkat provinsi.
A. Fenomena
tentang Jenjang Karir perawat
Sistem
pengembangan karir yang ada di Indonesia belum sepenuhnya berbasis profesional,
lebih menekankan pada peningkatan jabatan struktural dan fungsional perawat
yang lebih mengarah pada pemberian penghargaan terhadap orang – orang tertentu
saja. Sistem yang dikembangkan mengacu pada aturan yang diperuntukan bagi
pegawai negeri sipil (PNS), berdasarkan SK Menpan No. 94/KEP/ M.PAN/11/2001
tentang jabatan fungsional perawat termasuk angka kreditnya (Depkes, 2006).
Fenomena
yang terjadi di beberapa daerah tentang jenjang karir perawat, masih sangat memperihatinkan
dimana tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan PK III keatas
sangat minim bahkan tidak ada. Sebagian
besar tenaga perawat di daerah yang bekerja di rumah sakit daerah berpendidikan
rata-rata D III, sebagian lagi telah melanjutkan pendidikan ke tingkat S1
keperawatan dan NERS tapi biasanya mereka lebih memilih kuliah di tempat yang
tidak jelas, dengan alasan hanya untuk memperbaiki nasib saja, sehingga
kualitas keilmuan mereka di pertanyakan keilmiahannya.
Keterbatasan
tenaga dengan kualifikasi pendidikan yang memadai ternyata juga sangat
dipengaruhi oleh pengambil kebijakan di sebuah institusi, dimana ada beberapa
perawat yang ingin melanjutkan pendidikan di universitas negri tapi tidak
diberi izin oleh pimpinan dengan alasan tidak ada dana tugas belajar dan
keterbatasan tenaga, akhirnya kebutuhan akan SDM yang mumpuni di bidang
keperawatan tidak bisa terpenuhi.
Selain system regulasi perizinan oleh para
pengambil kebijakan yang terkesan tidak memihak ke perawat yang ingin
melanjutkan pendidikan, aturan tentang jenjang karir juga baru terbit tahun
2017 yaitu PMK no 40 tentang jenjang karir perawat di Rumah sakit dan FKTP tapi
sistem ini belum tersosialisasi dengan baik, kedepannya perawat yang bertugas
di FKTP pun di harapkan dapat mengikuti credentialing seperti di rumah sakit.
Ada
beberapa tren secara nasional tentang jenjang karir menurut (Ardi, 2016) yaitu :
a. Ketidaksesuaian utilisasi jenis dan jenjang karir
b. Tidak tertatanya system jenjang karir professional dan
penghargaan
c. Kepuasan kerja rendah
d. Motivasi rendah
e. Citra keperawatan rendah
B.
Literature
review terkait jenjang karir perawat.
Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh (Suroso, 2011)
tentang penataan system jenjang karir berdasarkan kompetensi dengan metode
survey di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan hasil yang signifikan
baik secara klinik ataupun riset, jenjang karir di luar negri sebagian besar
telah dikembangkan sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
Penelitian
lain tentang jenjang karir dilakukan oleh (Yosephus, 2011)
yang meneliti tentang MOTIVASI KERJA
DAN PENGEMBANGAN KARIR PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD. PROF. DR.
W.Z. JOHANNES KUPANG, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi, populasinya adalah seluruh perawat yang bertugas di
ruang instalasi gawat darurat dan sampel yang di ambil secara purposive
sebanyak 6 orang dengan usia 26 tahun, lalu dilakukan pengumpulan data dengan
tehnik Fokus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian ini dibagi 2 kategori
motivasi yaitu Motivasi kerja internal yaitu perawat
memiliki sikap kepribadian melayani dengan tulus dan memiliki intelegensi yang
baik. Sedangkan untuk motivasi eksternal yaitu masalah sosial ekonomi, masalah
dalam melanjutkan pendidikan serta pengaruh lingkungan. Pengembangan karir
perawat juga mengalami masalah sebagai berikut yaitu adanya masalah peningkatan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan pelatihan perawat yang kurang di
perhatikan oleh pihak manajemen RSUD. Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang.
Penelitian lain tentang jenjang karir adalah penelitian tentang
pengembangan model jenjang karir perawat klinis di unit rawat inap rumah sakit babtis
batu malang yang dilakukan oleh (Pusparahaju & Al, 2014) penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis pengembangan karir perawat di rumah sakit babtis batu malang,
penelitian ini dilakukan pada bulan oktober sampai november 2013 dengan
menggunakan metode telaah dokumen, wawancara dan FGD. Hasil penelitian ini di
dahului dengan memperlihatkan gambaran ketenagaan perawat di RSBB yang
berjumlah 73 orang dan untuk rawat inap sendir berjumlah 30 orang (41 %), dari
30 orang tersebut terdapat 21 orang berstatus pegawai tetap (70 %), 5 orang
calon pegawai (16,7 %) dan 4 orang pegawai kontrak (13,3 %). Berdasarkan hasil FGD di temukan bahwa penyusunan
model jenjang karir perawat di RSBB untuk saat ini difokuskan pada perawat
klinik dan perawat manajer hal ini didasarkan pada hasil diskusi dan telaah
dokumen dimana perawat di unit rawat inap masih tergolong dalam perawat klinik
dan perawat manajer. Berdasarkan pedoman jenjang karir professional perawat
yang ditetapkan oleh DEPKES, perawat klinik terdiri dari: perawat klinik I (PK I), perawat klinik II (PK II), perawat
klinik III (PK III), perawat klinik IV (PK IV) dan perawat
klinik V (PK V ).
C.
Solusi
aplikatif untuk issu yang diangkat
Setiap
rumah sakit wajib melaksanakan jenjang karir untuk perawat sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku, tidak hanya sebatas sebagai pelengkap
administrasi dalam akreditasi tetapi karena adanya penghargaan terhadap kinerja
para perawat.
Ada
beberapa solusi yang ditawarkan oleh (Ardi, 2016) tentang jenjang karir perawat :
1. Menetapkan kesesuaian tanggung jawab : kompetensi,
pengalaman kerja dan kompensaasi penghargaan untuk tiap jenjang dan kategori
pendidikan
2. Memberikan peluang bagi perawat untuk berkembang
menggunakan system jenjang karir professional.
3. Melakukan rekrutmen dan program retensi berdasarkan
staffing level yang rasional dalam jumlah dan kualifikasi.
4. Menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
5. Mendukung penataan SDM dengan kesetaraan dan keadilan
gender
6. Menjadi role model dan mentor professional bagi
mahasiswa dan perawat muda.
7. Memfasilitasi perawat untuk berorganisasi dan
meningkatkan citra keperawatan menggunakan berbagai media dan forum.
Upaya untuk meningkatkan
jenjang karir professional perawat, maka perawat diharapkan mampu berfikir
rasional, mengakomodasi kondisi lingkungan, mengenal diri sendiri, belajar dari
pengalaman, serta mempunyai aktualisasi diri.(Ardi, 2016). Jenjang karir adalah tanggung jawab semua orang
bukan hanya organisasi profesi saja tetapi semua yang berkompeten, yang lebih
penting adalah adanya kerja sama antar semua perawat baik yang bekerja di
tatanan pelayanan kesehatan maupun di institusi pendidikan
D.
Kesimpulan.
Dengan lahirnya UU no 38 tahun 2014 tentang
keperawatan dimana salah satu bab nya membahas tentang penyelenggaraan
pendidikan keperawatan yang kemudian di jadikan sebagai pedoman oleh para
penyelenggara pendidikan keperawatan dalam mengelola institusi masing-masing.
Peningkatan
pendidikan keperawatan sangat berpengaruh terhadap jenjang karir profesional perawat
karena dengan melankjutkan pendidikan maka kualitas kinerja dan profesionalisme
perawat juga akan meningkat, sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki
melalui peningkatan keterampilan dan pengetahuan yang dapat diperoleh dari
proses perkuliahan maupun dari pengalaman praktik klinis dan di evaluasi
berdasarkan penilaian kinerja. Jenjang karir perawat dibagi menjadi perawat
klinik, perawat manajer, perawat pendidik, dan perawat peneliti.
Jenjang
karir perawat telah di atur dalam PMK no 40 tahun 2017 tentang jenjang karir
perawat klinis, dimana di dalamnya di bagi menjadi 2 pokok utamanya yaitu
perawat yang bekerja di rumah sakit dan FKTP ( Dinas kesehatan dan
jajarananya). Jenjang karir ini belum terlaksana sebagaimana yang di inginkan,
masih sebatas kebuthan akreditasi rumah sakit, dimana akreditasi mewajibkan
semua rumah sakit telah melaksanakan pembagian jenjang karir sesuai dengan
tingkat pendidikan dan lama kerja.
Di
rumah sakit daerah kebanyakan belum menjalankan amanat undang – undang tentang
jenjang karir ini dengan alasan kurang ketenagaan. Sebagaian besar rumah sakit
memiliki tenaga keperawatan terbanyak adalah D III keperawatan, kemudian ners
dan masih sangat jarang memiliki tenaga dengan kulifikasi pendidikan S2 keperawatan
apalagi yang spesialis.
Selain
di rumah sakit, jenjang karir yang diatur oleh PMK no 40 tahun 2017 juga
menyebutkan tentang jenjang karir di layanan FKTP, mulai dari tingkat RW/dusun
sampai ketingkat provinsi dengan pembagian tugas dan fungsi yang sudah
dijelaskan. Hal ini memberi harapan baru kepada perawat ketika di tingkat dinas
kesehatan perawat di bolehkan untuk berkarir, karena dinas kesehatan merupakan
instasi daerah yang bertugas untuk melakukan pembinaan kepada semua UPTD di
wilayahnya dan juga sebagai mengambil kebijakan, tentu saja jika ada tenaga
keperawatan yang bertugas di dinas kesehatan maka kebijakan yang akan terbit
adalah kebijakan yang akan mendukung kegiatan keperawatan yang ada di
puskesmas.
Dari
beberapa kendala dalam jenjang karir perawat, maka di harapkan semua lembaga
atau organisasi yang berperan dalam dunia keperawatan utamanya organisasi
profesi PPNI untuk terus melakukan gerakan di tingkat pusat agar jenjang karir
ini tidak hanya menjadi pelengkap akreditasi rumah sakit tapi juga menjadi
sebuah moment para perawat mengaktualisasikan diri dan mendapatkan penghasilan
yang layak.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardi, A. P. (2016). Trend dan Issu Keperawatan.
Bogor: IN MEDIA.
Azwir, Ayuningtyas, D., & Kw, R.
(2010). Pengembangan Pola Karir Perawat Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Jakarta Pusat Tahun 2008. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 13(1),
16–22.
Direktur Jenderal Kemnterian Kesehatan
Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2017.
Kemenkes RI. (2011). Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. jakarta.
Kornela, F., Hariyanto, T., &
Pusparahaju, A. (2013). Pengembangan Model Jenjang Karir Perawat Klinis di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1),
59–64.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder.
(2010). Buku Ajar FUNDAMENTAL KEPERAWATAN Konsep, Proses, & Praktik.
(L. H. Dwi Widiarti, Eka Annsa Mardilla, Nike Budi Subekti, Ed.) (7th ed.).
Jakarta: EGC.
Lestari, T. R. P. (2014). UPAYA
MENGHASILKAN TENAGA PERAWAT BERKUALITAS Nursing Education : Effort to Produce
Quality Nurses Personnel. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data Dan Informasi,
1–10.
Nursalam. (2015). Manajemen
Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional (5th ed.).
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam., Efendi, F. (2008). Pendidikan
Dalam Keperawatan - Google Buku. Jakarta: Salemba Medika.
Pusparahaju, & Al, E. (2014).
Pengembangan Model Jenjang Karir Perawat Klinis di Unit Rawat Inap Rumah Sakit
Clinical Nursing Career Model Development in Inpatient Units of Hospital. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 28(1), 59–64.
Suroso, J. (2011). Penataan Sistem
Jenjang Karir Berdasar Kompetensi Untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja
Perawat Di Rumah Sakit. Eksplanasi, 6(September), 123–131.
Yosephus, andrianus P. (2011). MOTIVASI KERJA DAN
PENGEMBANGAN KARIR PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD. PROF. DR.
W.Z. JOHANNES KUPANG. Ricehoppers, 1–14. Retrieved from
http://ricehoppers.net/wp-content/uploads/2011/07/Tools-Focus-group-discussion.pdf
Zerwekh, J., Garneau, A, Z. (2012). Nursing
Today Transition and Trends (7th ed.). Missouri: ELSEVIER SAUNDERS.
0 comments:
Post a Comment